Jakarta, IDN Times - Eks Kepala Densus 88, Komjen Pol Marthinus Hukom membingkai kasus peledakan SMAN 72 Jakarta oleh siswa berinisial FH, lekat dengan teori struggle for recognition, yang menyiratkan seakan-akan pelaku ingin menunjukkan dirinya kuat.
Dia menjelaskan ketika anak mengalami perlakuan merendahkan, situasi tersebut dapat memicu rasa frustrasi dan perasaan tidak berdaya. Namun diekspresikan lewat kekerasan.
"Untuk strugle for recognition, anak-anak butuh pengakuan, jika mereka dibuli mereka bisa frustasi kecewa dengan situasi, dan mereka merasa sebagai anak yang lemah. Pada titik tertentu, mereka akan menunjukan bahwa mereka tidak selemah seperti itu, pada akhirnya mereka bisa melakukan kekerasan untuk menunjukan bahwa mereka bukan orang lemah," kata dia kepada IDN Times, Senin (17/11/2025).
