Jakarta, IDN Times - Mantan Kepala Kamar Mesin (KKM) Kapal Selam Nanggala-402, Laksamana TNI (Purn) Frans Wuwung menepis usia kapal yang dijuluki "Monster Bawah Laut" yang sudah memasuki 40 tahun, jadi faktor utama penyebab tragedi hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 lalu. Menurutnya, itu semua tergantung pada faktor pemeliharaan. Ia pun memastikan selama bertugas di Nanggala-402, kapal selam itu menjalani proses pemeliharaan dengan baik.
"Pada saat kita membeli kapal ini (dari Jerman), kapal ini dalam kondisi perfect. Seluruh peralatan dilengkapi dengan technical hand book artinya ada tata cara pengoperasian kapal," ungkap Frans ketika diwawancarai stasiun Kompas TV pada Sabtu (24/4/2021).
Ia mengaku sempat kecewa karena saat disiarkan di televisi, kapal selam yang dibeli pada 1977 lalu itu diberitakan negatif. Padahal, menurut dia, sebelum kapal akan berlayar maka harus dalam kondisi prima.
"Kapal selam itu sebelum dia berlayar, maka dia harus siap secara teknis dan kemampuan anak buah siap untuk mengoperasikan kapal itu," kata dia lagi.
Sementara, terkait dengan pemeliharaan, ungkap Frans, di TNI Angkatan Laut, pemeliharaan terhadap kapal selam dilakukan secara berkala. "Ada proses pemeliharaan kapal yang namanya overhaul, 5 years overhaul, 10 years overhaul dan modernisasi," ungkapnya.
"Karena ada itu, maka kita harus melaksanakan (pemeliharaan) dengan baik dan ada bukti bahwa proses pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik," tuturnya.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh anak buah kapal Nanggala-402 bila menghadapi kondisi darurat berdasarkan pengalaman Frans di kapal tersebut?