Bekasi, IDN Times - Minggu (15/4) lalu sekitar pukul 08.15 WIB, saya dan seorang kawan tiba di Islamic Center Bekasi, untuk menghadiri temu akbar nasional Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran.
Kami yang mengendarai sepeda motor datang agak terlambat di lokasi acara, sehingga kami melewatkan aksi longmarch #IndonesiaTanpaPacaran di sekitar gedung tersebut, sebagai kampanye acara tersebut.
Sebelum memasuki lokasi acara, kami disambut beberapa bendera dan spanduk putih bertuliskan #IndonesiaTanpaPacaran dan #MuslimTidakPacaran, yang dipampang di depan lokasi acara.
Beberapa penjual gamis dan makanan kecil juga turut menggelar dagangannya di sekitar gedung Islamic Center Bekasi. Dekat pintu masuk, kami juga disambut beberapa panitia yang tersenyum simpul sembari menyodorkan buku presensi.
“Tanda tangan dulu, Ukh,” ujar perempuan bergamis merah marun dan berkerudung panjang selutut itu.
Usai tanda tangan, kami menerima segelas air mineral. Tak jauh dari situ, terlihat dua lapak dagangan digelar. Di antaranya berjualan pin bertuliskan #IndonesiaTanpaPacaran seharga Rp5 ribu, juga buku-buku bertema serupa yang dijual mulai dari Rp50 ribu. Itu adalah buku karya La Ode Munafar, penggagas Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran.
Kami bergegas mencari tempat duduk paling depan. Pengunjung terus berdatangan memenuhi tempat acara. Rata-rata mereka adalah remaja perempuan, berhijbab panjang, dan tak sedikit pula bercadar. Oh, ya, syarat mengikuti acara ini memang harus berbusana syar’i.
Di sisi kanan kami terlihat peserta laki-laki, yang duduk dibatasi kain hijau. Jumlah peserta yang hadir sekitar 5.000-an. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Mereka umumnya masih berstatus pelajar, mahasiswa, ada juga yang sudah berstatus menikah.
Setelah menunggu sekitar satu jam, acara pun dimulai. Gema takbir beberapa kali berkumandang. Usai pembacaan ayat kitab suci Alquran dan beberapa sambutan, aktor muda Cholidi Asadil Alam langsung mengisi acara.
Pemain tokoh Azzam dalam film Ketika Cinta Bertasbih itu tampak mengapresiasi dan mendukung penuh gerakan Indonesia Tanpa Pacaran. Hampir dua jam dia mengungkapkan banyak hal terkait kesiapan mental menuju pernikahan, kodrat perempuan, dan kisahnya membangun rumah tangga bersama sang isteri.
Setelah itu, barulah La Ode Munafar tampil ke depan dan menggelorakan semangat peserta. Sejumlah perwakilan anggota gerakan ini pun maju ke depan, sembari membawa bendera putih bertuliskan Indonesia Tanpa Pacaran. Mereka mendeklarasikan gerakan tersebut diiringi takbir semua peserta.
Usai acara dan jeda salat zuhur, kami lantas menghampiri La Ode Munafar untuk berbincang-bincang lebih lanjut soal gerakan ini. Saat itu, Munafar tengah melayani wawancara dengan beberapa mahasiswi jurusan jurnalistik yang menjalankan tugas kampusnya. Mereka mengajukan beberapa pertanyaan terkait gerakan menikah muda gagasan Munafar.
Menurut Munafar, terpenting dari sebuah pernikahan tak melulu soal kemampuan finansial, tetapi juga mental dan kesiapan mengemban hak dan tanggung jawab sebagai suami atau isteri. Setelah hampir 20 menit nimbrung dalam wawancara itu, kami pun berkesempatan berbincang-bincang secara eksklusif dengan Munafar.