Jakarta, IDN Times - Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman menilai upaya pengetatan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Jawa-Bali akan sia-sia bila tidak diikuti dengan peningkatan 3T (test, tracing dan treatment). Justru menurut Dicky, PSBB yang bolak-balik dilakukan oleh pemerintah malah akan menjadi jebakan.
"PSBB tanpa testing yang optimal ya bolak-balik PSBB malah gak akan efektif. Ini yang harus jadi pelajaran," ungkap Dicky ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Rabu (6/1/2021).
Ia menjelaskan dalam mengatasi pandemik yang perlu dilakukan pertama kali yakni mendeteksi kasus di berbagai daerah. Caranya, dengan melakukan lebih banyak pelacakan, screening, dan isolasi di seluruh daerah secara merata.
"Jadi, tidak bisa yang melakukan hanya satu dua daerah saja karena kalau tidak setara virus akan makin leluasa," tutur dia lagi.
Setelah strategi 3T dijalankan secara merata, baru kemudian dilakukan pembatasan pergerakan manusia atau PSBB. "PSBB ini untuk menyempitkan jeda virus menyebar. Maka, diperkuat dengan PSBB itu," katanya.
Rencananya PSBB Jawa-Bali akan diberlakukan pada 11-25 Januari 2021 mendatang. Mengapa pemerintah baru memberlakukan pengetatan pergerakan ketika kasus aktif sudah tembus di atas 100 ribu? Apa saja poin-poin PSBB yang berlaku di dua pulau tersebut?