Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sejumlah tenaga kesehatan berjalan menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah memprediksi puncak kasus infeksi varian COVID-19 Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022. Sejumlah daerah, terutama DKI Jakarta mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama sependapat dengan prediksi tersebut. Namun, dia menegaskan, lonjakan gelombang Omicron jangan diartikan akan setinggi gelombang kedua saat varian Delta menyerang.

“Tetapi kemungkinan mendekati gelombang pertama, itu pun dengan hospitalisasi yang lebih rendah, karena Omicron cepat menular namun tingkat keparahannya di bawah varian Delta,” ujar dia dalam siaran tertulis, Rabu (19/1/2022).

1. Pemerintah dan masyarakat harus gencar gerakan 3T dan 5M

Ilustrasi mobilitas masyarakat selama PPKM (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Tidak hanya Jakarta, menurut Bayu, beberapa daerah lain, terutama kota-kota yang menjadi destinasi wisata dan daerah dengan mobilitas antar daerah tinggi perlu bersiap.

Daerah-daerah tersebut perlu untuk meningkatkan kembali kemampuan 3T, yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) dan melakukan isolasi terpusat.

“Hal ini dikarenakan daerah dengan mobilitas tinggi seperti daerah tujuan wisata, mempunyai potensi terjadi peningkatan kasus akibat peningkatan mobilitas saat libur Natal dan Tahun Baru beberapa waktu lalu," ungkap Bayu.

2. Pembatasan melalui peningkatan level PPKM, dan disiplin karantina

Editorial Team

Tonton lebih seru di