Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Dr Pandu Riono, mengusulkan agar vaksin COVID-19 buatan Sinopharm yang sudah diimpor oleh Kimia Farma dihibahkan saja kepada pemerintah. Dengan begitu, pemerintah memiliki lebih banyak stok vaksin untuk disalurkan secara gratis kepada masyarakat.
Apalagi kasus COVID-19 di Tanah Air terus melonjak dan masih banyak warga yang belum menerima vaksin virus corona. Menurut Pandu, hal tersebut solusi adil bagi semua pihak lantaran masa kedaluwarsa vaksin Sinopharm disebut akan habis pada Agustus 2021.
Sinopharm yang menjadi bagian dari Vaksin Gotong Royong kini tengah menjadi sorotan lantaran sempat akan dijual kepada individu. Vaksinasi berbayar dilakukan di gerai Kimia Farma di enam kota di Indonesia yang semula dimulai pada 12 Juli 2021 lalu. Harga per dua dosis vaksin tersebut mencapai Rp879.140 per orang.
Pandu mengatakan ide Vaksin Gotong Royong berbayar ini bukan karena semata-mata ingin mengejar percepatan vaksinasi. Melainkan, masih banyak stok vaksin Sinopharm yang belum tersalurkan lewat program Vaksin Gotong Royong. Sedangkan, bila tak segera digunakan, maka vaksin akan kedaluwarsa.
"Jadi, situasinya bukan pelaksanaan Vaksin Gotong Royongnya lamban, tetapi stok Vaksin Sinopharm itu banyak dan sudah mendekati masa expired. Jadi, harus segera dihabiskan. Maka, saya katakan Kimia Farma sumbangkan saja (Vaksin Sinopharm) ke rakyat Indonesia," kata Pandu ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Sabtu, 17 Juli 2021.
Menurut Pandu, tidak ada salahnya Kimia Farma beramal dengan menghibahkan vaksin yang sudah mereka impor itu kepada rakyat Indonesia. Vaksin Sinopharm bisa tetap disalurkan di Kimia Farma namun tidak dikenakan biaya.
Lalu, bagaimana kelanjutan pemberian Vaksin Sinopharm untuk program Vaksin Gotong Royong?