Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Strategis Partai Golkar, Erwin Aksa mengatakan secara blak-blakan untuk menjadi calon ketua umum perlu didukung oleh kepala negara. Hal itu lantaran dari rekam jejaknya Golkar selalu bekerja sama dengan pemerintahan yang berkuasa.
Sosok calon ketum Golkar selanjutnya menjadi sorotan publik usai Airlangga Hartarto menyatakan mundur pada 10 Agustus 2024 lalu. Airlangga memilih mundur mendekati masa pendaftaran calon kepala daerah.
"Yang pasti yang memilih (calon ketua umum) di Golkar adalah peserta dari kabupaten/kota, provinsi, ormas. Selain itu, ada pengaruh dari sana-sini, itu juga penting. Logistik untuk mentraktir teman-teman biasa, tapi itu penting juga. Banyak parameter untuk mendapatkan (dukungan) sebagai ketua umum. Termasuk endorsement dari kepala negara, itu penting juga," ujar Erwin ketika berbincang dengan pemimpin redaksi IDN Times, Uni Lubis di program 'Ngobrol Seru' yang tayang di YouTube pada Minggu (11/8/2024).
Pengunduran diri Airlangga dinilai oleh publik mendadak. Apalagi isu pendongkelan Airlangga yang berembus sejak 2023 lalu berhasil dilewati.
Bahkan, di bawah kepemimpinan Airlangga, raihan kursi Golkar di parlemen bertambah 17. Kini, Golkar memiliki 102 kursi di parlemen. Maka, berembus isu pergantian mendadak ketum Golkar itu lantaran ada campur tangan dari penguasa.