Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, kesal ketika parpol yang ia pimpin dituding bisa lolos jadi peserta Pemilu 2024 karena ada instruksi dari Istana. Menurut Fahri, tak ada campur tangan Istana atau pihak manapun sehingga Partai Gelora dapat lolos verifikasi dan mendapat nomor urut 7. Ia menduga justru ada pihak-pihak tertentu yang ingin Partai Gelora dimatikan.
"Partai Gelora ini ingin dimatikan. Aneh, data kami bisa hilang tidak jelas. Sekarang, ketika kami resmi jadi peserta Pemilu 2024 dan mendapatkan nomor urut 7, malah kebakaran jenggot gak keruan," ungkap Fahri melalui keterangan tertulis, pada Jumat (13/1/2023).
Tudingan bahwa Partai Gelora bisa lolos jadi peserta Pemilu 2024 berdasarkan instruksi Istana, muncul ketika sejumlah LSM yang menamakan diri Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) pada Rabu (11/1/2023). Perwakilan koalisi, Hadar Nafis Gumay, membeberkan temuan berupa tangkapan layar WhatsApp antar anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) di sebuah provinsi.
Mereka mengungkit soal dugaan upaya membuat data keanggotaan Partai Gelora memenuhi syarat (MS) di Sistem Informasi Partai Politik (Sipol). Padahal, saat proses verifikasi faktual, Partai Gelora tak memenuhi syarat.
Sementara, menurut Fahri, aksi tersebut merupakan upaya untuk menjatuhkan nama Partai Gelora oleh koalisi masyarakat sipil. Ia kemudian menyarankan, daripada partainya coba dijelek-jelekkan, lebih baik para penyelenggara pemilu membuat sebuah wadah untuk mengadu gagasan 18 partai politik peserta Pemilu 2024.
"Sekali lagi kami mau tarung gagasan untuk kebaikan pemilu yang akan datang. Partai Gelora dan para tokohnya punya reputasi untuk memperbaiki keadaan termasuk sistem pemilu. Ayo berdebat dan bertanding, jangan main belakang!" kata Fahri.
Apa isi tampilan WhatsApp yang dibeberkan koalisi masyarakat sipil yang membuat Fahri kesal?