ilustrasi capres dan cawapres (IDN Times/Aditya Pratama)
Sementara itu, politisi PDI Perjuangan (PDIP), Aria Bima Aria Bima membantah bahwa dua poros koalisi merupakan keinginan partainya yang khawatir Ganjar Pranowo kalah di putaran kedua.
Hal itu, menurut Aria Bima, sudah dibantah oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam penutupan Rakernas pada Minggu (1/10/2023). Megawati menyatakan, ada upaya menjodoh-jodohkan Prabowo Subianto dan Ganjar Prabowo, padahal mereka sudah punya pasangan masing-masing.
Dia juga menyampaikan, dengan PT 20 persen, PDIP sebenarnya bisa mengusung calon preside dan wakil presiden tanpa berkoalisi dengan partai lain. Namun, PDIP tetap menjalin koalisi dengan PPP, Hanura, dan Perindo.
"Tapi kan kami sangat menghargai parpol-parpol bergabung untuk berkoalisi dalam koalisi besar mengusung capres dan cawapres sesuai yang mereka kehendaki," kata Aria Bima.
Sebenarnya, keinginan membentuk dua poros mempertimbangkan banyaknya wacana mengenai Pilpres 2024 satu putaran. Hal itu dipercaya akan menghemat anggaran dan sosio ekologi, mengingat Pilpres 2024 memakan biaya besar.
"Jadi wacana ini bukan hanya dalam konsep PDIP, tapi ada pihak lain yang juga menginginkannya. Antara lain salah satunya menghemat biaya dan presidential threshold. Sebab, kalau Pilpres 2024 satu putaran saja akan memakan biaya sebesar Rp17 triliun, dan jika dua putaran akan menghabiskan dana Rp34 trilliun," jelasnya.
Dengan pertimbangan itu, Aria menilai, Pilpres 2024 mengerucut dua poros pasangan, tidak tiga pasang seperti saat ini.
"Saya sangat yakin ke depannya, bisa saja dari satu poros tersebut ada yang berkoalisi ke partai atau koalisi lainnya," jelas politisi senior PDIP itu.