Peserta karnaval sangat beragam. Ada stakeholder pemerintahan. Selain itu, ada kalangan civitas akademika plus paguyuban atau kerukunan masyarakat se-Baubau. Untuk paguyuban sedikitnya ada 10, yaitu Jawa, Rumpun Bombona Wulu, Karaengta, Makassar, Muna, Wakatobi, Toraja, dan Tolandona. Tamrin menambahkan, karnaval hanya menampilkan tenun dengan motif khas sarung Buton.
“Buton memiliki beragam motif khas sarung. Melalui karnaval ini, publik tahu betapa menariknya tenun khas Buton. Apalagi, tenun di sini memiliki warna yang khas. Semua potensi tersebutlah yang akan terus menaikkan pariwisata Baubau. Kami tentu senang, apalagi respons publik positif. Mereka antusias menikmati karnaval dengan beragam motif tenun yang ditampilkannya,” tutur Tamrin.
Motif yang ditampilkan antara lain Bhia Kolau berbentuk kotak-kotak. Ada juga Bhia Itanu atau corak garis, lalu Bhia Kasopa yang berupa garis-garis kecil. Tenun sarung juga menawarkan motif Bhia Bhoke atau Tenun Ikat. Warna lain ialah Bhia-Bhia Itanu Angka atau ornamen geometris, termasuk corak kotak dan ornamen geometris hia Kolau Angka.
“Tenun menjadi kekayaan tak ternilai dari Baubau. Semuanya masih dilestarikan dengan baik. Tenun ini bahkan berkembang menjadi industri. Ada banyak manfaat ekonomi yang dinikmati masyarakat Buton dari tenun. Apalagi, sekarang ada karnaval. Otomatis masyarakat banyak yang mencari tenun dengan motif tertentu,” tutur Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Baubau Ali Arham.
Motif tenun sarung ala Buton terbagi menjadi dua kelompok. Motif Kotak-Kotak dan Satu Garis Horizontal. Motif Kotak-Kotak identik dengan kaum pria, lalu Satu Garis Horizontal menjadi identitas wanitanya. Meski, wanita Buton kadang mengenakan tenun dengan motif kotak. Lebih detail lagi, motif tenun sarung Buton tidak mengenal lengkung. Semuanya berupa garis lurus.
Motif tenun tersebut berkembang didasarkan atas ketebalan garisnya. Motif juga semakin beragam efek perpaduan warna yang digunakan. Sebut saja, motif Kambana Tangkurera atau Bunga Belimbing. Motif lainnya Sama Sili dengan ciri penggunaan benang emas atau perak, lalu tembaga dengan warna merah kekuningan. Motif Lumunauwe, Kaowiowi, Kambana Bosu, hingga Makuninautolus juga berkembang.
“Tenun khas Buton sangat luar biasa, apalagi ditampilkan melalui karnaval. Tenun dengan bentuk sarung menjadi identitas sosial pemakainya. Apalagi, dikombinasikan dengan busana adat khas Buton. Kehadirannya membuat Festival Keraton Kesultanan Buton 2019 makin menarik. Kami rekomendasikan tenun Buton sebagai cendera mata,” tutur Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Menjadi media branding terbaik, beberapa daerah ikut menampilkan kekayaan budayanya. Kabupaten Bone menyajikan paket lengkap simbol kerajaannya. Ada beragam simbol yang ditampilkan dari rupa benderanya, seperti Garuda. Ikut berparade, delegasi Bone menampilkan pasangan Raja-Ratunya. Ada juga pembawa beragam pernak pernik Raja, laskar wanita, hingga Sandro (ahli metafisika).
“Setiap daerah di nusantara memiliki motif tenunnya masing-masing. Dengan bentuk sarung, tenun dari Buton tentu sangat khas. Apalagi, biasanya tenun berupa kain. Memiliki beragam kekhasan, tenun Buton harus mendapat porsi branding ideal. Festival ini media branding yang bagus. Perhatian publik besar,” tutur Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Memberikan ruang eksplorasi budaya besar, beberapa seni tradisional juga ditampilkan dalam Pesona Tenun Karnaval. Kerukunan Keluarga Toraja menampilkan dua tariannya sekaligus. Ada Tari Pa’Gelu yang menjadi ungkapan syukur atas melimpahnya hasil panen.
Menariknya, ada tradisi Ma Toding dalam tarian tersebut. Bentuknya menyelipkan angpao pada ikatan rambut sang penari. Ada juga Tari Ma’Randing yang menjadi media penyambutan prajurit dari medan perang.
“Buton memang destinasi wisata menarik. Kekayaan budayanya sangat beragam. Hal itu tentu menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Kami optimistis tenun asal Buton akan terus mendapatkan tempat di pasar. Coraknya menarik dan kompleks dengan warna-warni cerah menyegarkan,” tutur Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.