Film Dirty Vote: Pemilu Satu Putaran Tak hanya Menang Suara 50 Persen

Jakarta IDN Times - Dirty Vote yang merupakan film dokumenter tentang dugaan kecurangan Pemilu 2024 yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono, memaparkan pentignya suara tingkat daerah untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden memenangkan pemilu satu putaran.
Dibintangi tiga ahli hukum tata negara, Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari, film yang dirilis pada Minggu (11/2/2024) pukul 11.00 WIB di platform YouTube ini, pada bagian pertama mengunkapan fakta-fakta dugaan kecurangan secara kekuasaan di tingkat daerah menjelang Pemilu 2024.
Berikut poin-poin tentang film Dirty Vote yang dibintangi tiga akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Andalas (Unand).
1. Memenangkan pemilu satu putaran
Memasuki 10 menit pertama film dokumenter ini, Zainal Arifin Mochtar yang merupakan akademisi UGM ini menjelaskan, kemengan satu putaran merupakan kemungkinan yang kecil karena survei terkadang berbeda dengan hasil terakhir.
Zainal menggunakan Pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai contoh, pemenang Pilkada DKI 2017 putaran pertama yaitu pasangan Ahok-Jarot, namun kalah dengah Anies-Sandiaga pada putaran kedua.
Menurut Zainal, pasangan Ahok-Djarot yang juga didukung Presiden Joko "Jokowi" Widodo konstan mempunyai angka paling tinggi di semua survei pada saat itu, sehingga memimpin suara diikuti Anies-Sandiaga, lalu Agus-Sylviana. Saat putaran kedua pun total suara Ahok-Djarot berbanding terbalik dengan Anies-Sandiaga di putaran satu.
“Kenapa berbalik karena bersatunya kekuatan pengkritik atau bersatunya kekuatan yang melawan orang yang paling teratas itu Anies dan AHY seakan akan memiliki angka penjumlahan antara jumlah suara Anies dan AHY pada saat itu,” ujar Zainal.
Kemudian, ia mengaitkan dengan gerakan Empat Jari yang menjadi gabungan kekuatan pasangan capres nomor urut satu dan tiga pada Pilpres 2024.