Jakarta, IDN Times - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan fakta yang mengejutkan ketika melakukan operasi senyap terhadap anggota DPR Komisi VI Bowo Sidik Pangarso pada Rabu hingga Kamis dini hari kemarin. Tim penyidik turut menemukan adanya tumpukan kardus berisi uang di dalam amplop. Menurut pengakuan Bowo, uang itu akan digunakan sebagai pendanaan politik jelang pemilu 17 April alias "serangan fajar".
"Total ada sekitar 400 ribuan amplop berisikan uang yang KPK duga akan digunakan untuk pendanaan politik atau serangan fajar pada 17 April mendatang," ujar juru bicara KPK, Febri Diansyah ketika memberikan keterangan pers pada Kamis malam (28/3).
Total ada 84 kardus yang ditemukan di sebuah perusahaan di daerah Pejaten, Jakarta Selatan. Di dalam amplop itu sudah terdapat uang pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu.
Bowo diketahui anggota DPR petahana yang maju kembali dalam pemilu legislatif 2019. Ia maju dari daerah pemilihan Jawa Tengah II yang meliputi Kudus, Demak dan Jepara.
Lalu, dari mana sumber uang yang digunakan untuk pendanaan politik itu? Menurut Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, salah satunya berasal dari perusahaan yang meminta bantuannya yakni PT Humpuss Transportasi Kimia.
Dalam kasus yang diungkap oleh KPK melalui operasi senyap, kontrak kerja sama antara PT Humpuss Transportasi Kimia dengan PT Pupuk Indonesia Logistik dihentikan.
"Terdapat upaya agar kapal-kapal PT HTK (Humpuss Transportasi Kimia) dapat digunakan kembali untuk kepentingan distribusi PT Pupuk Indonesia. Untuk merealisasikan hal tersebut, pihak PT HTK meminta bantuan BSP (Bowo Sidik Pangarso) anggota DPR," kata Basaria semalam.
Kalian penasaran bagaimana tumpukan kardus berisi uang dengan total Rp8 miliar yang siap dibagi-bagikan itu?