Ilustrasi - Pekerja beraktivitas saat pembangunan Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu (6/3/2022). Progres pembangunan JIEC hingga saat ini telah mencapai 52 persen (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Menurut anggota fraksi PDI Perjuangan ini, ajang balap Formula E tidak bisa disandingkan dengan pagelaran MotoGP Mandalika. Pasalnya ada perbedaan antara dua ajang balap bergengsi itu.
MotoGP Mandalika dinilai memiliki persiapan matang hingga sukses dihelat pada 20 Maret lalu. Sementara ada banyak permasalahan dalam pembangunan sirkuit Formula E.
Masalah pertama, kata Gilbert yaitu terkait dengan letak sirkuit yang berada di tanah rawa. Lokasi itu dinilai tidak bisa menjadi sirkuit permanen untuk Formula E di tahun-tahun mendatang. Selain itu, fondasi untuk sirkuit juga disebut tidak kokoh karena hanya menggunakan cerucuk kayu, bukan pakubumi.
“Ini kan akan terjadi fluktuasi kalau hujan turun. Mereka laju 200-300km/jam. Kalau itu tanah turun malah terlempar. Kalau cerucuk ini nanti busuk harusnya tahun depan dibangun lagi,” kata dia.
Selain itu, ada masalah pendanaan dalam pembangunan Formula E. Gilbert mengatakan pendanaan untuk sirkuit Formula E justru membengkak karena kondisi tanah yang tidak mendukung dijadikan area balap.
Sebagai informasi, Pemprov DKI telah membayarkan commitment fee senilai Rp560 miliar ke penyelenggara Formula E. Penggunaan APBD untuk Formula E itu merupakan pelaksanaan atas Instruksi Gubernur Anies Baswedan melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta.
Sementara PT Jakpro menganggarkan Rp150 miliar untuk pembangunan sirkuit. Sebesar Rp50 miliar di antaranya merupakan dana untuk pembangunan aspal. Namun dana pembangunan aspal itu kembali membengkak menjadi Rp60 miliar, karena kondisi tanah rawa yang kurang kuat.
Terbaru diketahui PT Jakpro meminta anggaran tambahan Rp10 miliar untuk pembangunan sirkuit Formula E.