Jakarta, IDN Times - Mantan calon wakil presiden di pemilu 2024, Mahfud MD mengaku tidak tertarik untuk mengikuti pilkada usai kalah dalam pilpres Februari lalu. Ia pun mengatakan juga tidak menargetkan mendapatkan posisi khusus di pemerintahan Prabowo-Gibran atau menjabat sebagai ketua umum partai politik.
Mahfud lalu mengenang ketika dulu sempat nyaris menjadi cawapres Joko "Jokowi" Widodo pada 2019. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu tak melakukan pendekatan apapun.
"Saya tidak melakukan apa-apa. Pak Jokowi sendiri yang memanggil dan meminta. Saya diberi tahu bahwa saya calon (wakil presiden) melalui orang-orangnya, seperti Pak Pratikno dan Pak Luhut. Setelah tidak jadi (cawapres), Pak Jokowi sendiri yang manggil dan memberi tahu saya," ujar Mahfud ketika diwawancarai secara khusus di stasiun Metro TV, dikutip Sabtu (11/5/2024).
Alasan Jokowi menawari jabatan cawapres kepada Mahfud ketika itu lantaran elektabilitasnya di sejumlah lembaga survei menempati posisi teratas. Meskipun akhirnya ia batal mendampingi Jokowi, Mahfud mengaku tidak sakit hati.
"Tapi, bahwa saya (merasa) kaget, iya. Kalau sakit hati sih enggak. Coba Anda bayangkan itu, Bung Karno memerintah selama 22 tahun, dijatuhkan begitu saja, padahal dia sudah memiliki kekuasaan. Saya belum berkuasa kok, baru dijanjikan lalu tidak jadi. Ngapain merasa sakit (hati)," tutur dia.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan itu juga mengaku belum tertarik untuk menjadi kader partai politik termasuk PDI Perjuangan.
"Sejak saya menjadi hakim MK tahun 2008, saya menyatakan keluar dari partai politik. Sejak saat itu memang tidak tertarik untuk masuk parpol," katanya.