Banyak titik kemacetan akibat banyaknya ojek online dan angkot yang menunggu penumpang di Kota Depok. Seperti di Jalan Margonda menuju Stasiun Pondok China, depan Mall Margo City. Jalan ini selalu terjadi kemacetan hampir setiap jam kerja.
Sempitnya jalan dan rendahnya kesadaran sopir angkot serta diver ojek online mematuhi aturan lalu lintas, menyebabkan kemacetan. Ditambah lagi tidak semua zebra cross dilengkapi jembatan penyeberangan orang (JPO).
Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia baru-baru ini meluncurkan indeks kota layak huni di Indonesia. Ada tujuh kota di Indonesia yang dinilai sebagai kota yang layak huni. Kemudian ada juga 10 kota yang tidak layak huni, termasuk Depok yang berada di urutan kedua.
Indeks tersebut disusun berdasarkan hasil survei yang digelar di 26 kota dan 19 provinsi. Masing-masing kota diwakili oleh 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut.
Namun, Wali Kota Depok Mohammad Idris mempersoalkan metodologi survei yang bertajuk Indonesia Most Livable City Index 2017 itu. Dia menyebut dalam survei ini hanya ada 100 hingga 200 orang yang menjadi sampel.
“Itu tidak representatif mengingat Kota Depok dihuni oleh 2 jutaan penduduk,” katanya usai menghadiri peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Depok, pada Kamis 8 Februari 2018.
Menurut Idris, lima konten yang menjadi tolok ukur, di antaranya aspek pendidikan dan kesehatan dinilai tidak akurat. “Tapi soal itu saya sudah serahkan kepada para akademisi, saya hanya jalankan tugas saya sebagai pelayan publik,” ujar Idris.