Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, meminta pemerintah tidak terburu-buru memanfaatkan alat pendeteksi COVID-19, GeNose, untuk screening di area publik. Terlebih, saat ini kondisi pandemik virus corona di Indonesia mengkhawatirkan.
"Kita jangan dalam kondisi seperti ini terburu-buru, tidak matang, tidak cermat. Sehingga, bukannya meningkatkan respons kita terhadap pandemik, tapi malah bisa kontraproduktif," ungkap Dicky kepada IDN Times, Senin (25/1/2021).
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan akan menggunakan GeNose di simpul transportasi umum. Penggunaan alat pendeteksi COVID-19 menggunakan embusan napas itu direncanakan dimulai dari stasiun kereta api pada 5 Februari 2021.
Namun, Dicky menilai GeNose masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Apalagi menurutnya teknologi serupa, untuk memeriksa kanker dan diabetes menggunakan embusan napas, sebenarnya sudah ditemukan 10 tahun lalu.
"Tapi, sampai saat ini untuk diabetes saja kan belum ada, alat dengan menggunakan napas, masih dalam proses uji. Apalagi dalam pengendalian COVID-19 di dunia," ucapnya.
"Situasi saat ini sangat serius, perlu upaya yang benar-benar berdampak besar dan juga dipastikan sudah teruji," tegas Dicky.