Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sumiati, Guru SMAN 11 Mataram (Kiri) dan Sunarti, Guru SMAN 1 Mataram (Kanan) yang terus belajar dan beradaptasi (Dok Kemendikbudristek)
Sumiati, Guru SMAN 11 Mataram (Kiri) dan Sunarti, Guru SMAN 1 Mataram (Kanan) yang terus belajar dan beradaptasi (Dok Kemendikbudristek)

Mataram, IDN Times - Menyiapkan kompetensi peserta didik guna menghadapi tantangan zaman bukanlah hal yang mudah. Sebab, guru sebagai motor perubahan harus memiliki pola pikir yang kritis dan berjiwa pembelajar yang tangguh agar terus dapat berinovasi dalam proses pembelajaran. 

Sumiati dan Sunarti adalah guru asal Mataram, NTB, yang sosoknya bisa menjadi contoh karena mereka adalah guru yang memiliki semangat belajar dan semangat berbagi yang tinggi. Keduanya gemar melakukan pelatihan dan dapat terus beradaptasi dengan berkembangnya zaman.

1. Teknologi menjadi kunci adaptasi di abad ke-21

ilustrasi menggunakan komputer (pexels.com/Vojtech Okenka)

Sumiati sendiri sejak awal sudah menunjukkan ketertarikannya dengan teknologi. Bahkan menurut dia, teknologi harus masuk dalam kompetensi pedagogik. Selain itu, ia menggarisbawahi kemampuan beradaptasi yang tinggi yang harus dimiliki seorang guru profesional. 

“Sebab, kompetensi tersebut sangat dibutuhkan agar guru bisa mengelola pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada khususnya di abad ke-21 ini,” tegas guru mata pelajaran kimia yang mengajar di SMAN 11 Mataram ini. 

Sumiati bercerita bahwa semenjak pandemi melanda Indonesia, guru-guru yang tadinya tidak mau membuka diri terhadap teknologi, mau tidak mau harus belajar memanfaatkan teknologi untuk menunjang pembelajaran. Google Classroom menjadi salah satu media digital yang digunakan guru untuk membuat soal secara daring (online).  

Meski adaptasi terhadap teknologi bagi beberapa guru senior membutuhkan proses yang lebih lama, Sumiati mengungkapkan bahwa mereka tetap menunjukkan tertarikannya untuk belajar. Sesama guru dari berbagai lintas usia saling membantu untuk menciptakan materi pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 

2. Terus berkolaborasi kembangkan diri dan sesama guru

ilustrasi guru mengajar (unsplash.com/Husniati Salma)

Selain terus belajar, kolaborasi dengan teman sejawat dikatakan Sumiati adalah pilihan terbaik karena baginya. Setiap ilmu dan pengalaman yang didapatkan akan bernilai jika diimbaskan kepada guru-guru lain. 

“Jika mereka memiliki kemampuan lebih maka saya akan mengajak dia untuk berbagi dan berkolaborasi sehingga mampu meningkatkan kapasitas satu sama lain,” ujar guru SMAN 11 Mataram satu ini. 

Senada dengan itu, Sunarti, guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Mataram juga meyakini pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan capaian belajar siswa. Semangat untuk meningkatkan kapasitas diri menurutnya harus muncul dari diri seorang guru karena guru adalah sosok yang digugu dan ditiru.  

“Salah satu cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan berbagi dan berkolaborasi. Seorang guru haruslah terus tergerak, terus bergerak, dan teruslah menggerakkan komunitas di sekitarnya,” terang wanita yang sudah 28 tahun mengabdikan diri untuk mengajar.

3. Pelatihan dan teknologi buat kegiatan belajar mengajar makin menarik

Ilustrasi belajar daring (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Lebih jauh, Sunarti mengaku senang dan bersyukur ketika upaya pelatihan yang ia lakukan untuk memberikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik  membuahkan hasil. “Siswa lebih antusias dan lebih banyak ingin tahu tentang cara dan materi yang guru ajarkan. Pembelajaran menggunakan IT sangat menarik dan tidak membosankan kata siswa,” ucapnya menirukan komentar peserta didik. 

Sunarti menambahkan bahwa upaya guru di sekolahnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran juga semakin optimal karena mendapat dukungan kepala sekolah. Ia yakin, guru sebagai garda terdepan harus mampu menguasai berbagai kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Tujuannya agar proses belajar di satuan pendidikan semakin asyik, aktif, interaktif, kreatif, produktif, dan menyenangkan.

Adapun berikut adalah produk/kegiatan yang dilakukan Sunarti yang terinpirasi dari berbagai pelatihan yang telah ia ikuti. Pertama, Metode "AMP" yang memberdayakan Alumni, Media Swadaya dan penghargaan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 

Kedua, "ES TEH" singkatan dari Empati, Simpati, Tulus, Energik, dan Harmonisasi, sebagai upaya untuk meningkatkan nilai karakter siswa c. "DIKSI SI DARLING" singkatan dari Diskusi, Kolaborasi, dan Apresiasi Daring Luring atasi Learning Loss di Masa PTMT. Keempat, "KIS" singkatan dari Kolaborasi, Inovasi, dan Solusi dalam mewujudkan Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila.  (WEB)

Editorial Team