Ilustrasi banjir rob (pexels.com/Dibakar Roy)
Perbantuan teknis disiagakan di sejumlah titik strategis, meliputi penanggulan sementara, pengecoran rembesan tanggul, serta penempatan pompa mobile untuk mempercepat pengendalian genangan.
Pompa mobile ditempatkan sejak 30 Desember 2025 hingga 7 Januari 2026 di berbagai lokasi rawan, seperti di 2 unit Indopump di Rumah Pompa Stasioner Muara, 2 unit HSP 20 dan Inopump Putih di Kali gendong Muara Angke, 1 unit HSP 60 di PLTU Muara Karang, 1 unit di Pelabuhan sunda, 1 unit HSP 20 di Plusing Ancol, 1 unit Pompa Mobil di Koyo Cabe Lodan, 1 unit Pompa Mobil di Jalan Gunung Sahari, 2 unit Mobil Putih di Jalan RE Martadinata, 1 Mobil di Ketel Uap, 1 unit Pompa Mobil di Marunda Pitung STIP, 1 unit di Ancol Danau, dan 1 unit HSP 60 Ancol Dermaga 5 Marina.
“Hingga akhir Desember 2025, penanganan lapangan telah kami lakukan di kawasan Marunda, Penjaringan, Koja, Pademangan, serta area pelabuhan dan Ancol," ujar Heria.
Pemerhati kebijakan publik dari Kajian Kebijakan Publik Ampera (KKPA), A. Ramadhan, mengapresiasi langkah mitigasi banjir rob yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Jakarta Utara sebagai wujud komitmen melindungi wilayah pesisir dan keselamatan masyarakat.
"Pentingnya juga sinergi lintas kewenangan dan keberlanjutan program strategis seperti National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) sebagai solusi jangka panjang pengelolaan pesisir. Itu sudah dilakukan oleh Pemrov DKI Jakarta," jelasnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Jakarta Utara sekaligus Ketua Bamus Betawi 1982, Muhamad Ichwan Ridwan atau Bang Boim, meyakini Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung akan melanjutkan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya, termasuk proyek Giant Sea Wall.
"Kita sudah melihat adanya keberlanjutan pembangunan di wilayah Kali Baru, Cilincing dan titik lokasi lainya yang saat ini terus dilanjutkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Masyarakat Jakarta Utara sebagai entitas sosial tentunya terus mendukung arah pembangunan yang berkelanjutan," ucap dia.