Sebelum menjadi Gerwani, organisasi ini dikenal sebagai Gerwis (Gerakan Wanita Istri Sedar). Perubahan itu terjadi saat Kongres 1954 di Jakarta. Beberapa pihak menyebutkan perubahan ini adalah untuk merangkul kaum perempuan, belum atau sudah menikah, dengan pendidikan rendah atau miskin yang belum paham politik -- Sedar berarti sadar politik.
Rappler Indonesia pernah mewawancarai Suti, aktivis Gerwani yang berusia 96 tahun dari Boyolali, pada Februari 2016 lalu. Suti berasal dari keluarga petani miskin, namun punya semangat belajar yang kuat. Suti menjadi Ketua Bidang Organisasi Gerwani.
Gerwani -- saat itu masih Gerwis -- mengajaknya bergabung. Suti tertarik karena mereka mengajarkan persamaan laki-laki dan perempuan dalam hak waris, perkawinan, pendidikan; kesetaraan kedudukan perempuan dan laki-laki; penolakan terhadap poligami dan poliandri -- mendukung monogami.
Pengaruh Gerwani tidak hanya di kalangan grass root tapi juga hingga aspek pembuatan kebijakan. Salah satu tokoh Gerwani di parlemen yang terkenal adalah Salawati Daud. Saat masih menjadi aktivis di daerah asalnya, Sulawesi Selatan, dia aktif melawan pasifikasi Belanda di provinsi itu pada 1946.
Salawati pernah memimpin penyerbuan ke markas polisi pada 29 Oktober 1949 yang dikenal sebagai Masamba Affaire. Perempuan yang disegani lawan-lawan politiknya ini juga pernah berperan sebagai penghubung antara pemberontak Kahar Muzakkar (1950-1951) dengan pemerintah Indonesia dalam proses perundingan.
Pada 1949, Salawati adalah walikota perempuan pertama di Indonesia. Dia memimpin Makassar. Salah satu cerita yang terkenal dari Salawati adalah keberaniannya berhadapan langsung dengan komandan Belanda, Raymond Westerling, yang menguasai wilayah tersebut.
Surat Kabar Wanita yang beredar dari tahun 1945 hingga 1949 adalah salah satu hasil gagasannya. Surat kabar itu aktif mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan perempuan, politik, serta budaya. Pada tahun 1955 Salawati berhasil melenggang ke parlemen sebagai anggota PKI.
Gerwani di parlemen sempat menuntut penambahan jumlah menteri perempuan di kabinet Soekarno. Tapi, peran mereka tidak hanya yang berkaitan dengan isu perempuan. Mereka juga ikut serta mendukung kembalinya Irian Barat ke tangan Indonesia dan menolak terbentuknya Malaysia. Saat Salawati menjadi ketua Gerwani, perhatian mereka juga merambah ke isu-isu ekonomi seperti inflasi.