Lebih lanjut, Jaaffar menyebutkan, untuk memperkuat hubungan Indonesia-Malaysia--setelah masalah-masalah sulit terlewati, kita dihadapkan dengan kondisi yang berbeda. Ada jurang antara generasi sebelumnya dengan milenial.
"Kalau generasi milenial sekarang generasi 'me me generation'. 'Its about me, tidak ada lagi Its about you'. Mereka menghabiskan waktu untuk bermedia sosial dan sebagainya. Tentu keadaan yang kita lalui berbeda dengan sekarang," ujar dia.
"Saya tidak mau mengaku saya milenial, tapi setidaknya saya punya dua anak milenial yang dominan di keluarga. Sebab itu, kalau ada orang bertanya lagu atau band yang saya sukai, saya akan teringat BTS dari Korea. Sebab saya suka menyanyikan lagu-lagu Korea itu dengan anak saya. Saya serpihan milenial. Jadi itu untuk membuktikan ke-milenial-an saya," lanjut Jaaffar disambut tawa.
Ia menyebut Iswami harus memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan Indonesia-Malaysia yang lebih baik pada saat kondisi yang berbeda ini. Generasi milenial harus memahami aspirasi generasi sebelumnya, karena hubungan dua negara ini bukan sekadar bilateral.
Jaaffar memaparkan kendala-kendala yang harud dihadapi sekarang ini, seperti media sosial tidak ada batas lagi. Negara satu dengan negara lain tak ada lagi batasan. "Kalau mereka menyukai lagu Korea, ya mereka sukai. Kalau mereka menyukai lagu-lagu dari Indonesia, ya mereka akan menyukai. Tetapi dengan kaidah atau cara yang sama sekali berbeda."
Jaaffar juga mengalami fenomena sekarang ini, yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Sebut saja waktu untuk membaca buku yang sekarang sangat terbatas, karena disibukkan dengan memantau media sosial.
"Waktu kita habis untuk Twitter, WhatsApp, Instagram, Facebook dan sebagainya. Bahkan kita sudah lakukan apa yang orang forward kita, kita lakukan juga, jadi kita sudah sampai forward generation," kata dia, disambut tawa hadirin.
Sehingga, Jaaffar mengambil benang merah, bahwa dalam menghadapi generasi milenial ini, pernanan Iswami menjadi penting. "Sebab anak anak muda sekarang tidak lagi membaca surat kabar seperti dulu, dan dimana-mana surat kabar sekarang mengalami penurunan, di Malaysia dan lain-lain."
Dan yang paling penting, kata Jaaffar, bagaimana mengarahkan kaum milenial menggunakan platform dengan bertanggung jawab. Sebab kebebasan tanpa tanggung jawab akan menimbulkan banyak masalah.
"Kita harus menggunakan platform dengan kaidah yang benar. Malaysia perlu banyak belajar pada Indonesia, kita tidak perlu lagi memperuncing bambu seperti Indonesia, seperti revolusi 1998," kata dia.
Menurut Jaaffar Iswami atau kalangan media bisa berperan melalui pembuatan berita untuk melakukan pendekatan kepada milenial. Sebab suara dan pemikiran mereka sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Tidak dipungkiri, saat ini sudah sampai pada suatu titik generasi sebelumnya harus menerima perubahan ini.
"Dalam kehidupan rumah, kita dengan anak-anak kita sendiri, trush kita sudah berbeda dengan generasi terdahulu. Saya tidak akan berani pegang makanan kalau ayah saya belum makan, tapi anak kita sekarang sambil makan, sambil pegang HP, sambil main game, sambil WhatsApp, Facebook dan sebagaianya," dia mencontohkan.
Sebagai pelaku media, kata Jaaffar, Iswami harus bisa memastikan melibatkan kalangan milenial, sebagai bagian dari seluruh proses kemajuan negara. Dia mengaku tidak tahu formulasi yang sesuai untuk masalah komunikasi dengan generasi milenial, namun semua pihak harus belajar memahami aspirasi meraka.
"Kita tidak sama dengan mereka, sebab itulah istilah dari Amerika me me generation. Ini bukan saja masalah di kalangan media, tapi juga pemerintahan. Sama-sama. Sebab meraka bukan saja generasi me me tapi juga i don't care. Karena itu, kita menghadapi kondisi yang sangat sukar," ucap dia.
Jaaffar mengingatkan kecanggihan teknologi semakin memungkinkan kemudahan dalam berkomunikasi, namun pada saat bersamaan masyarakat semakin menjadi individualistik. Karena itu, ini sesuatu yang harus diluruskan.
"Jadi saya pikir peranan untuk memperkuat generasi milenial serumpun ini kita harus mencari jalan yang sama. Saya percaya Iswami dalam membantu, seperti pada masalah sebelumnya Indonesia dan Malaysia, dan yakin Iswami dapat memberikan suara baru pada generasi yang baru ini. Jadi kita sama-sama bertanggung jawab dalam soal ini," kata dia.
Mengakhiri sambutannya, Jaaffar tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Iswami dan undangan yang hadir pada malam itu. Dia juga mengaku berutang budi pada Indonesia atas bantuan-bantuan yang selama ini diberikan kepada Malaysia.
"Jadi saya berutang budi pada Indonesia. Kita harus membayar kembali, kita harus menyediakan platform baru, landasan baru, untuk generasi muda. Ini menjadi agenda Iswami baru ke depan, dan Iswami adalah salah satu momen terindah selama profesi yang saya alami. Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih," ucap dia.