HUT ke-68 Kopassus, Ini Fakta-Fakta Pasukan Elite yang Disegani Dunia

Jakarta, IDN Times - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan hari jadinya yang ke-68 tahun hari ini. Sejak dibentuk pada 16 April 1952, Kopassus dinilai sebagai pasukan elite Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang disegani. Satuan elite Angkatan Darat (AD) ini juga banyak menyelesaikan beberapa misi baik operasi militer maupun nonmiliter.
Beberapa operasi militer yang pernah dilakukan seperti penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, dan lain-lain.
Selain itu, misi Kopassus bersifat rahasia. Mayoritas kegiatan tugas Kopassus pun tidak diketahui secara menyeluruh. Beberapa misi rahasia itu di antaranya seperti penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk dikoordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh di perbatasan Papua Nugini.
Meski menunjukkan segudang keberhasilan, nama Kopassus sering dikaitkan dengan sejumlah isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang bahkan kini masih belum terselesaikan.
Berikut ulasan selengkapnya tentang pasukan elite kebanggaan Republik Indonesia yang dirangkum IDN Times dari berbagai sumber.
1. Asal mula terbentuknya Kopassus
Dilansir dari laman Kopassus.mil.id, pada Juli 1950 timbul pemberontakan di Maluku oleh kelompok yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan). Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut.
Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritonum III Kolonel Alexander Evert Kawilarang. Sedangkan sebagai Komandan Operasinya, ditunjuk Letkol Slamet Riyadi. Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan. Namun, dengan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI.
Setelah dikaji, ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.
Hal ini bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap. Namun, juga taktik dan pengalaman tempur yang baik serta kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk membentuk suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran. Cita-cita Letkol Slamet Riyadi ternyata tidak dapat diwujudkan karena gugur pada salah satu pertempuran.