Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Peneliti ICW, Tibiko Zabar di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (9/10/2023). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Jakarta, IDN Times - Konsorsium Indonesia Leaks awal Juni lalu menemukan alat sadap dengan metode zero click atau yang dikenal Pegasus, milik perusahaan NSO Group asal Israel, telah masuk ke Indonesia.

Indonesia Corruption Watch (ICW) mengatakan, dalam laporan Indonesia Leaks itu, Pegasus diduga dimiliki oleh sejumlah lembaga intelijen dan penegak hukum, salah satunya Polri.

“Kepolisian sebagai salah satu lembaga yang diketahui berdasarkan data dari Opentender.net yang ICW cek, ikut mengadakan zero click sejak tahun 2017-2018, maka kami bermaksud untuk minta informasi  kontrak pengadaan sebagaimana diatur dalam ketentuan UU Keterbukaan Informasi Publik,” kata Peneliti ICW, Tibiko Zabar, di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (9/10/2023).

1. Alat sadap Pegasus ancam demokrasi

ilustrasi HP kena sadap (pixabay.com/Homestage)

Tibiko menjelaskan, alat sadap Pegasus ini membahayakan keberlangsungan negara demokrasi. Sebab, Pegasus disebut digunakan untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan politikus di berbagai belahan dunia.

“Kenapa? Karena dengan metode yang cukup canggih, alat sadap ini bisa digunakan tanpa cara yang biasanya diterapkan dalam penyadapan. Misalnya, mengakses dokumen maupun mengakses tautan khusus gitu,” ujar Tibiko.

2. ICW sebut alat sadap Pegasus pernah digunakan pada Pemilu 2019 dengan target beberapa pejabat

Editorial Team

EditorSunariyah

Tonton lebih seru di