Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi foto KH. Idham Chalid (dok. NU Online)
ilustrasi foto KH. Idham Chalid (dok. NU Online)

Intinya sih...

  • Idham Cholid lahir di Satui, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1921

  • Terpilih sebagai Sekjen PBNU periode kepengurusan Ketua Umum Masjkur dan menjadi tokoh yang paling lama memimpin Nahdlatul Ulama (NU)

  • Pernah menjabat sebagai ketua MPR/DPR dan menjadi wakil Perdana Menteri II dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta IDN Times - Aksi demonstrasi menolak kenaikan tunjangan DPR yang dilakukan masyarakat akhir-akhir ini memicu kericuhan di sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan beberapa rumah anggota DPR dijarah oleh massa, sehingga aset mereka rusak dan hilang.

Di tengah sorotan tajam terhadap anggota DPR, terdapat salah satu tokoh yang disinggung karena pernah menjabat sebagai anggota DPR dengan hidup yang sederhana. Dia adalah Idham Cholid, seseorang yang punya tanggung jawab besar di masa Orde Baru dan Orde Lama, dan dikenal sebagai sosok yang menolak untuk hidup mewah. Berikut profil dan kehidupan Idham Cholid yang dihimpun Tim IDN Times.

1. Profil Idham Cholid, tokoh terlama pimpin NU

KH Idham Chalid

Idham Chalid lahir di Satui, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1921, dan merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Dia menempuh pendidikan di Madrasah Mualimin Tinggi Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1942, lalu mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Kairo tahun 1957.

Dilansir Kemenag, sejak 1950 Idham telah aktif dalam Gerakan Pemuda Ansor. Diketahui, dia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) periode kepengurusan Ketua Umum Masjkur, dan juga menjadi tokoh yang paling lama memimpin Nahdlatul Ulama (NU). Dia menjabat Ketua Umum Tanfidziah PBNU selama 28 tahun secara konsisten, dari 1956 sampai 1984.

Kepemimpinan dalam organisasi tersebut sempat mengalami konflik pada akhir periode, hingga akhirnya posisinya diganti oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1984.

2. Menjadi wakil perdana menteri di usia 34 tahun dan pernah memimpin MPR/DPR

foto K.H. Idham Chalid bersama Sukarno (commons.wikipedia.org/ANTARA)

Dilansir ANTARA, pada masa Orde Lama, masa pemerintahan Presiden Sukarno, di saat usianya 34 tahun, Idham menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo.

Kemudian di masa Orde Baru, di bawah kepemimpinan Soeharto, Idham dipercaya menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat pada 1967 hingga 1970. Lalu menjadi Menteri Sosial Ad Interim pada 1970 hingga 1971, dan menjadi Ketua MPR/DPR pada periode 1971 hingga 1977.

Idham juga tercatat menjadi Ketua MPR/DPR pada periode 1971-1977. Kemudian dari 1977-1983, ia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI.

Idham juga tercatat pernaj menjadi anggota Tim P7 (Penasihat Presiden tentang Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), yang saat itu diketuai oleh Roeslan Abdulgani. Selain itu, pada 1985 Idham menjadi anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Idham juga tercatat sebagai tokoh pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang merupakan hasil fusi sejumlah partai Islam. Ia menjadi Presiden PPP dan memimpin partai itu hingga 1989.

3. Menjadi Pahlawan Nasional

Idham Chalid (perpusnas.go.id)

Setelah berkecimpung dalam dunia politik, sekitar 1959 Idham mendirikan dua yayasan Islam, yaitu Darul Maarif di Jakarta Selatan dan Darul Qur'an di Cisarua, Bogor. Kedua yayasan tersebut dia peruntukkan bagi masyarakat kurang mampu, karena awal didirikan murid-murid Perguruan Darul Ma’arif meliputi TK, SD, SLTP dan SLTA terdiri dari anak-anak kalangan ekonomi menengah ke bawah, bahkan banyak di antaranya tergolong duafa.

Pada saat itu, biaya pendidikan di Perguruan Darul Ma’arif jauh lebih murah dibanding di sekolah negeri dan perguruan swasta lainnya di DKI Jakarta.

Sebagaimana diketahui, Idham mengembuskan napas terakhir pada 11 Juli 2010 sekitar pukul 08.00 WIB di usia 88 tahun.

Pada 7 November 2011 berdasarkan Keppres No. 113/TK/2011, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk Idham Chalid atas jasa-jasanya pada negara dan bangsa.

Editorial Team