Jakarta, IDN Times - Dari Twitter saya membaca artikel mengenai makna Idulfitri. Alih-alih berarti kembali ke fitrah, kembali suci, menurut Ulil Abshar Hadrawi, yang menuliskannya di laman Islami.co, Idulfitri adalah hari makan-makan.
“Orang-orang Arab menggunakan kata ‘iedul fitri’ untuk menunjukkan bolehnya sarapan kembali setelah sebulan penuh mereka tidak nyarap,” tulis Ulil.
Itu yang saya suka dari ranah Twitter. Ada wisdom of crowd setiap kali ada pengguna mencoba menampilkan sebuah informasi. Ada argumentasi lainnya dari sebuah isu atau peristiwa. Ada cek fakta atas jejak digital sebuah kicauan.
Pada Idulfitri 1 Syawal 1440 H ini, seperti biasa saat Salat Id, saya menerima informasi yang sama, dari tahun ke tahun. Khatib menguraikan makna Idulfitri, sebagai 'hari kemenangan'.
"Jika ada yang dipanggil Allah SWT setelah menjalankan Salat Id, niscaya Tuhan telah mengampuni dosa-dosanya,” demikian khutbah Idulfitri yang disampaikan khatib Murodi. Hikmah lain dari Idulfitri adalah kemenangan dari pengendalian diri yang dilakukan selama berpuasa dan menjauhi larangan di bulan Ramadan.
Bagi saya, dua informasi mengenai Idulfitri, saya terima sebagai sebuah pengingat. A friendly reminder. Termasuk mengingat kembali orang tercinta yang telah meninggalkan kita, termasuk pengalaman di masa kecil, di tempat-tempat di mana kita pernah melewatkan waktu kehidupan.