Menko Infrastruktur Agus Harimurto Yudhoyono (AHY) saat menjadi pembicara pembuka Indonesia Summit 2025 by IDN di Tribrata, Jakarta, Rabu (27/8/2025). (Dok. IDN)
Generasi Milenial yang tumbuh pada era reformasi dan masa transisi demokrasi, memiliki pendekatan yang lebih pragmatis dalam berpolitik. Banyak dari mereka memilih terlibat secara aktif dalam isu-isu sosial berdasarkan pengalaman hidup. Mereka juga cenderung mendorong perubahan melalui jalur alternatif seperti komunitas, kampanye lingkungan, dan diskusi publik.
Sementara, Gen Z cenderung menggunakan pendekatan yang lebih kreatif dan ekspresif dalam menyampaikan aspirasi politik. Mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan opini dan informasi politik dalam bentuk meme, utas edukatif, video pendek, hingga petisi digital.
Kolaborasi juga terjadi secara spontan dan berbasis isu yang sedang berkembang. Bagi Gen Z, politik tidak harus dilakukan lewat struktur organisasi formal, melainkan bisa melalui gerakan digital yang berdampak luas.
Salah satu temuan penting dari IMGR 2026, Milenial dan Gen Z tidak hanya mengkritisi kebijakan publik, tetapi juga aktif menyodorkan solusi. Mereka membentuk gerakan prototipikal seperti kampanye sosial, dokumen kebijakan alternatif, dan forum diskusi daring yang mendalam.
Komitmen mereka terhadap isu-isu seperti krisis iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial menunjukkan bahwa keterlibatan politik mereka bersifat jangka panjang dan terus berkembang.