Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia kini hanya memiliki sisa vaksin COVID-19 sebanyak tujuh juta dosis. Hal itu merupakan dampak dari kebijakan embargo yang diterapkan oleh India usai kasus COVID-19 di sana kembali melonjak.
"Vaksin COVID-19 produksi India termasuk yang semula dialokasikan ke GAVI, akibatnya WHO dan GAVI kini panik. India itu kan pabrik vaksin terbesar di dunia selain Tiongkok. Vaksin merek Novavax, AstraZeneca dan Pfizer juga diproduksi di sana," ujar Budi ketika berbicara dalam diskusi Charta Politika Indonesia yang dikutip dari saluran YouTube pada Selasa (30/3/2021).
"Akibatnya kini pasokan kurang dan harus realokasi lagi," tutur pria yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN itu.
Dampak kebijakan embargo itu terasa langsung ke Indonesia. Semula, dari GAVI, Indonesia memperoleh 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca pada bulan Maret 2021. Akhirnya, Indonesia hanya memperoleh 1,1 juta vaksin AstraZeneca.
"Yang 10,6 jutanya nyangkut (di India)," ungkap Budi.
Ia mengatakan bulan Maret 2021, stok ketersediaan vaksin merek CoronaVac masih banyak. Tetapi, bulan April stok vaksin CoronaVac hanya 7 juta dosis. Semula, Budi berpikir akan ada tambahan 7,5 juta dosis vaksin AstraZeneca pada April 2021 sehingga total vaksin menjadi 15 juta. Namun, perkiraan itu meleset.
Lalu, apa yang akan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk menyiasati keterbatasan stok vaksin itu?