Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pixabay.com
pixabay.com

Jakarta, IDN Times - Penyakit hepatitis atau peradangan pada hati layaknya fenomena gunung es. Menurut Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Irsan Hasan, penyakit hepatitis tak mudah terdeteksi.

"Hepatitis bisa terjadi karena virus, obat-obatan, perlemakan. Ada hepatitis jenis A, B, C, D, dan E. Masing-masing mengandung virus yang sifatnya beda-beda," jelas Irsan saat temu media Hari Hepatitis Sedunia di Jakarta, Jumat (27/7).

1. Kesadaran masyarakat masih rendah

Pixabay.com

Menurut Irsan, hingga saat ini tak ada data nasional terkait jumlah penderita hepatitis. Sebab, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri terbilang rendah. Dia mencontohkan, harga pengobatan hepatitis C selama 3 bulan mencapai Rp1,3 miliar.

Empat tahun lalu, pemerintah berupaya mendatangkan obat tersebut versi generik agar bisa diberikan gratis.

"Kami usul ke Kemenkes supaya obat ini masuk. Kami bikin surat ke WHO agar diperbolehkan mengedarkan obat versi generik. Akhirnya WHO menyetujui, tapi hanya untuk golongkan negara miskin, salah satunya Indonesia," kata Irsan.

Namun, rupanya kehadiran obat tersebut tak lantas membuat masyarakat aktif memeriksakan kesehatannya. Pihaknya lantas melakukan survei pada 4000-an orang. Pada bulan April 2017 hingga sekarang, kata Irsan, tercatat ada 1 persen orang terserang hepatitis C.

Setelah setahun program ini berjalan mulai dari 2017, dari sekitar 2,5 juta pengidap hepatitis di Indonesia (dari jumlah prevalensi sebesar 1,2 persen per 250 juta penduduk Indonesia), yang sudah diobati secara gratis untuk hepatitis C hanya 3 ribu orang. Irsan menyebut jumlah ini cukup jomplang dari jumlah yang sadar kalau sakit dan jumlah yang sakit. 

"Yang sudah diobati sampai seribuan. Sementara 3 ribu orang sisanya bukan gak ada obatnya, tapi kurang sadar. Sebagian besar datang pas sudah parah," tuturnya.

2. Hepatitis seperti fenomena gunung es

pixabay.com

Irsan menyatakan, hampir 80 persen pasien mengaku tak merasakan gejala-gejala tertentu, apalagi gejala hepatitis kronik. Setidaknya1 dari 10 orang di Indonesia mengidap hepatitis kronik.

"Banyak yang gak tahu dirinya terinfeksi. Ini macam fenomena gunung es. Yang ketahuan dikit, yang diobati dikit. Pasien merasa gak ada keluhan. Pas pengobatan tahunya mahal, mengerikan. Ada yang disuntik sekali seminggu selama setahun. Sekali suntik Rp10 juta," kata Irsan.

3. Hepatitis dapat menyebabkan kanker hati

Pixabay.com

Irsan menjelaskan, penyakit hepatitis terbagi menjadi tiga, yaitu hepatitis akut, kronik, dan sirosis hati. Jika penderita sudah melewati hepatitis jenis sirois, pada umumnya akan terserang penyakit mematikan, yaitu kanker hati.

"Pasien saya sering shock, baru seminggu dua minggu kok tiba-tiba stadiumnya nambah. Padahal itu bukan tiba-tiba gitu, prosesnya panjang bisa makan waktu 20-30 tahun. Tetapi ya itu tadi, pasien datang saat kondisi sudah parah," tuturnya.

Editorial Team