Presiden Joko 'Jokowi' Widodo di acara Musra, Minggu (14/5/2023) (IDN Times/Amir Faisol)
Dan bapak ibu saudara, peluang kita menjadi negara maju, ada dalam 13 tahun ke depan. Ini disampaikan para pakar dalam negeri dan luar, kesempatan kita 12 tahun ke depan. Karena bonus demografi kita muncul di tahun 2030-an, dan dalam sejarah memang kesempatannya hanya sekali dalam sejarah peradan bangsa.
Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan menjadi negara maju. Hati-hati mengenai ini, hati-hati.
Sejarah dipelajari, sejarah Amerika Latin, tahun 50, 60, 70 mereka ada di posisi negaa berkembang, masuk middle income tapi 60 tahun sudah 50 tahun, tidak berkembang, karena tidak memanfaatkan peluang saat itu dan mengejarnya lagi sudah tidak ada kesempatan.
Ini juga akan terjadi di negara kita. Begitu kita tidak bisa memanfaatkan waktu 13 tahun ini ada bonus demografi dan kita tidak bisa memanfaatkan, ya kita akan, kita akan menjadi negara berkembang terus. Karena kesempatan tidak muncul sekali dalam sejarah peradaban negara.
Oleh sebab itu sekali lagi, memilih peimpin di tahun 2024 ini sangat krusial, sangat penting sekali, harus tepat dan benar. Oleh sebab itu saya menyampaikan bolak-balik, jangan grusa-grusu, jangan tergesa-gesa. Karena begitu keliru kita tidak bisa kembali lagi. Enggak bisa.
Sekali lagi dan sekarang kita tahu keadaan dunia ketidakpastian global terjadi sampai 5 sampai 10 tahun ke depan. Sehingga sekali lagi nakhodanya harus nakhoda yang pembrani, berani mengambil risiko untuk kepentingan negara dan bangsa ini.
Kita tahu Indonesia negara kita memliki SDA yag besar, bukan hanya tambang, mineral, tapi SDA laut sangat melimpah. Komoditas pertanian, perkebunan juga semua melmpah. Tai bertahun tahun kita ekspor dalam bentuk bahan mentah. Ini kekeliruan yang tidak boleh kita ulang lagi. Pemimpin yang akan datang harus mampu mengindustisikan bahan bahan itu, hilirasi itu harus dilakukan apa pun risikonya.
Urusan baru satu saja, nikel digugat. Padahal bukan hanya nikel, ada tembaga, timah, batubara, bauksit, apakah kita mamu berhenti karena digugat Uni Eropa?
Kalau pemimpin tidak berani pasti mundur dan minta ampun, itu jangan bermimpi negara ini menjadi negara maju. Itu baru hahans atu saja belum SDA laut, komoditas perkebunan, komiditas perkebunan bukan hanya 1. Ada kopi, ada kakao.
Banyak sekali yang menjadi potensi kekuatan kita. Yang kitia harapkan semua nilai tambah itu ada di dalam negeri. Kalau bangsa kita, kalau bangsa kita belum bisa mengolah sendiri cari partner dari luar enggak apa-apa. Yang penting negara dapat pajak dari situ, dapat pph, ppn, ekspor batu bara, bukan pajak kita dapat dari situ. Kalau mentahan kita dapat apa?
Yang paling penting itu kita bsia membuka lapangan kerja seluas ini.
Tapi kalau digugat enggak berani, digugat enggak melawan, kita tidak akan menjadi negara maju. Nanti saya akan titip jangan takut digugat oleh negara mana pun. Kalau digugat ya cari pengacaera yang tebraik agar gugatan kita menang.
Tapi tahun kemarin gugatan kita kalah, saya sampaikan kepada menteri tidak boleh mundur. Naik banding saya minta naik banding sambil indiustrinya diselesaikan. Begitu gugatan rampung industirnya rampung. Akhirnya bisa mengolah bahan jadi. Itu namanya stragegi negara itu, bukan rutinitas.
Oleh sebab itu ke depan butuh kepemimpian yang kuat, oleh sebab itu kedepan negara butuh kepemimpiann yang kuat.
Dan mampu menghadapi ketidakpastian dunia, mampu menghadapi ketidakpastian global.
Setuju?
Setuju
Kita butuh kepemimpiann yang kuat setuju?
Setuju
Itu yang baru saya usahakan. Oleh sebab itu, kepemimpinan yang kuat dibutuhkan, yang memiliki komitmen yang kuat, untuk antikorupsi. Yang memiliki komitmen kuat untuk merawat demokrasi, penting. Jangan nanti ada yang mau Musra dilarang. Inilah yang dibutuhkan oleh negara kita ke depan.