Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo didesak untuk segera mencopot para pembantunya yang diduga ikut terlibat di dalam bisnis tes swab PCR di tengah pandemik COVID-19. Sebab, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, meilai menteri tersebut dinilai sudah jelas terlibat konflik kepentingan dan dikhawatirkan berdampak terhadap kebijakan publik.
Desakan agar dilakukan pencopotan tak lama setelah pemerintah bolak-balik mengganti kebijakan syarat bagi pelaku perjalanan di dalam negeri. Perubahan juga terjadi pada harga tes swab PCR yang digunakan sebagai skrining pelaku perjalanan tersebut.
Maka, kecurigaan pun muncul kebijakan yang berubah-ubah itu bukan mengedepankan faktor kesehatan, melainkan kepentingan bisnis. Kecurigaan itu seolah terkonfirmasi ketika Majalah Tempo pada pekan ini menurunkan laporan investigasinya. Di dalam laporan sampul depan dengan judul "Para Penikmat Cuan PCR", disebut nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Dua perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut yakni PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi, tercatat memiliki masing-masing 242 saham di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI). Nilai saham itu mencapai Rp242 juta.
PT GSI mengelola laboratorium yang menjalankan tes bisnis PCR di lima cabang di area Jakarta dan sekitarnya. PT Toba Energi dilaporkan Majalah Tempo adalah anak perusahaan dari PT Toba Bara Sejahtera, yang kini berganti nama menjadi PT TBS Energi Utama.
"Makanya, mereka seharusnya dipecat atau mundur yang terkait dengan bisnis PCR. Seharusnya tidak ada toleransi. Karena mereka telah mencampur adukan regulasi dengan bisnis, ya pasti lebih mengutamakan keuntungan di pihak mereka," ungkap Ujang ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Selasa (2/11/2021).
Ia khawatir bila pejabat publik yang notabene menjadi pemangku kebijakan saat pandemik juga memiliki perusahaan yang terkait penanganan COVID-19, penanganannya malah tak serius. "Yang terlihat penanganan pandemik ini seolah-olah saja," tutur dia.
Siapa lagi pejabat tinggi yang diduga ikut terkait bisnis tes swab PCR dan menangguk keuntungan selama pandemik COVID-19?