Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai teguran yang disampaikan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo kepada sejumlah menteri yang terus mengampanyekan perpanjangan masa jabatan presiden kurang greget. Sebab, teguran itu dinilai sekadar ingin meredam kemarahan publik lantaran wacana penundaan pemilui 2024 dan penambahan masa jabatan presiden terus digaungkan.
Sementara, di sisi lain, publik dihadapkan pada situasi ekonomi yang semakin sulit. Saat ini, harga minyak goreng kemasan masih mahal. Disusul kenaikan harga bahan pokok lainnya dan ada pajak pertambahan nilai (PPN) senilai 11 persen.
Adi menilai publik kesal karena sejumlah elite justru masih memikirkan tentang melanggengkan kekuasaan di saat masyarakat menderita akibat kenaikan harga-harga bahan pokok. Alhasil, tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi menurun dalam satu bulan terakhir. Maka, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengeluarkan instruksi ketika menggelar rapat sidang paripurna.
"Tapi, kalimat perintahnya itu kurang nendang karena tanpa dibarengi dengan dua pernyataan tegas dari presiden. Pertama, harus menyatakan secara terbuka tidak mau lagi maju di pemilu 2024 dan menolak penundaan pemilu. Kedua, akan memecat menteri yang masih terus mengampanyekan penundaan pemilu," ungkap Adi ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Kamis, (7/4/2022).
Ia menilai Jokowi berubah sikap lantaran semua kritik kini diarahkan ke Istana. Apalagi pihak yang terus mendengungkan perpanjangan masa jabatan presiden merupakan orang-orang dekat mantan Wali Kota Solo itu.
Apakah Jokowi sungguh-sungguh menegur para menteri yang ikut mengampanyekan perpanjangan masa jabatan atau kembali memberikan harapan palsu semata?