Jokowi: Infrastruktur Kesehatan dan Pendidikan RI Dianggap Lemah Dunia

Intinya sih...
- Jokowi menyebut empat kemampuan Indonesia yang masih lemah: infrastruktur kesehatan, pendidikan, sains, dan teknologi.
- Daya saing Indonesia naik dari rangking 44 ke 27 pada tahun 2024, mengalahkan Inggris. Penyebabnya termasuk UU Cipta Kerja.
- Negara maju juga kesulitan memperbaiki ekonomi di masa sulit. Jepang turun 3 peringkat, Malaysia turun 7 peringkat dalam daya saing global.
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyebut ada empat kemampuan Indonesia yang masih dianggap lemah oleh dunia. Pertama dan kedua terkait dengan infrastruktur kesehatan serta pendidikan.
Hal itu Jokowi sampaikan dalam sambutannya pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, yang membahas terkait perekonomian.
"Ada empat hal yang masih perlu kita perhatikan dan utamanya dua yang menyebabkan kita masih dinilai lemah, terkait dengan ketersediaan infrastruktur, yaitu di bidang kesehatan, ini juga harus kita akui, kita masih dalam rangka mereformasi, mentransformasi dunia kesehatan di negara kita, berada di level 61 dan juga dunia pendidikan," ujar Jokowi, Senin (24/6/2024).
"Ini dua hal penting yang menjadi kelemahan kita yang harus kita perbaiki, competitiveness kita, daya saing kita, yaitu kesehatan dan pendidikan," sambungnya.
1. Sains dan teknologi juga harus diperbaiki
Ketiga, Jokowi juga meminta ada perbaikan di bidang sains. Sebab, Indonesia masih berada di level 45.
Keempat bidang teknologi yang menempatkan Indonesia berada di level 32.
"Secara khusus, yang harus menjadi perhatian yaitu stabilitas politik, ini penting agar jangan sampai ada turbulensi poltik, agar transisi dari pemerintah sekarang ke pemerintahan berikut ini mulus dan baik, itu selalu dilihat dunia internasional, dan juga hati-hati mengenai isu-isu yang setiap hari ada, sampaikan isu yang positif, hal-hal positif. Sehingga pasar menjadi yakin, pasar optimis terhadap fundamental ekonomi kita yang berada pada posisi yang baik," ucap dia.
2. Jokowi bersyukur daya saing Indonesia naik
Meski demikian, Jokowi bersyukur daya saing Indonesia pada tahun 2024 naik signifikan.
"Ini penting karena rangking daya saing di dunia dari yang sebelumnya 44 melompat ke-34, sekarang melompat lagi ke angka 27," kata dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, daya saing Indonesia di kancah global bisa mengalahkan Inggris yang posisinya berada di angka 28.
"Ini dari yang dikeluarkan IMD atau World Competitiveness Ranking dan yang saya senang ini mengalahkan Inggris, yang berada di rangking 28, Malaysia yang berada di rangking 34, Jepang yang di ranking 38, Filipina di ranking 52 dan Turki di 53. Kita berada di rangking 27," ujar dia.
Menurut Jokowi, di masa dunia sedang sulit, tidak memperbaiki kondisi ekonomi. Hal itu juga dirasakan oleh negara maju.
Mereka kesulitan untuk bisa bergerak memperbaiki kualitas ekonominya menjadi lebih baik.
"Karena dalam kondisi seperti awal tadi saya sampaikan, tidak mudah memperbaiki rangking dalam kondisi dunia yang tidak menentu seperti sekarang ini. Bahkan kaya Jepang turun 3 peringkat, Malaysia turun 7 peringkat," kata dia.
3. Penyebab daya saing Indonesia bisa meningkat
Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan penyebab daya saing Indonesia bisa meningkatkan daya saing. Salah satu penyebabnya karena ada Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.
"Yang dinilai dari kita kenaikan utama daya saing Indonesia, karena kepemerintahan, karena dunia usaha dan karena ekonomi kita. Karena UU Cipta Kerja kita kita mengalami peningkatan 8 level. Karena dunia bisnis kita yang semakin kompetitif baik karena ketenagakerjaan dan produktivitas level kita naik 6 level dan karena ekonomi kita baik, kita bisa kendalikan ekonomi bisa meningkatkan growth pertumbuhan ekonomi itu menjadi kenaikan utama dari daya saing Indonesia," ucap dia.
"Tapi juga di sisi efisiensi bisnis kita melihat ketersediaan ketenagakerjaan dengan jumlah dan skala yang memadai, ini menyebabkan kita di level kedua, serta efektivitas manajemen perusahaan ini urusan dunia usaha, juga masyarakat memberikan dukungan lewat perilaku dan budaya masyarakat dalam daya saing tersebut," imbuhnya.