Menkopolhukam RI, Mahfud MD (Twitter.com/mohmahfudmd)
Di sisi lain, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyebut tidak semua data-data negara yang bocor sifatnya rahasia.
"Itu (data) kan bisa diambil dari mana-mana, cuma kebetulan sama. Oleh sebab itu, pemerintah masih akan mendalami hal ini," ujar Mahfud.
Ia mengklaim, belum ada yang membahayakan dari data yang sudah bocor tersebut. Menurut Mahfud, informasi yang dibocorkan pun bukan hal baru.
Itu kan yang sudah ada di koran tiap hari, ini ingin jadi presiden, ini begini. Kan cuma begitu-begitu saja. Gak ada yang menyangkut rahasia negara dari yang beredar itu. Kebetulan saja (datanya) sama dan kebetulan bukan rahasia juga, hanya dokumen biasa yang dibuka. Tetapi, itu memang terjadi," kata dia menegaskan.
Pernyataan Mahfud tersebut bertolak belakang dari pernyataan yang disampaikan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri. BIN menyampaikan sejumlah surat atau dokumen berlabel rahasia yang dikirim ke Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan diklaim bocor merupakan hoaks.
BIN memastikan menggunakan pengamanan dan enkripsi berlapis, sehingga kecil kemungkinan dokumen yang dikirim ke Presiden Jokowi bisa bocor.
"Misal (kebocoran) di Dukcapil ada, dan di beberapa tempat," kata Mahfud.
Selain, beberapa dokumen dari BIN, peristiwa dugaan kebocoran data yang disoroti publik antara lain 1,3 miliar nomor ponsel warga, data-data pribadi sejumlah pejabat tinggi dan menteri hingga data pemilih, yang diduga bocor ketika disimpan Komisi Pemilihan Umum (KPU).