Sebelumnya, Jokowi sempat memberikan beberapa pernyataan yang reaktif. Pernyataan pertama adalah mengenai politisi sontoloyo. Pernyataan ini disampaikan Jokowi saat pembagian lima ribu sertifikat tanah di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Selasa (22/10).
"Itulah kepandaian para politikus, memengaruhi masyarakat, hati-hati saya titip ini, hati-hati. Hati-hati banyak politikus yang baik-baik, tapi juga banyak politikus yang sontoloyo," kata Jokowi saat itu.
Pernyataan selanjutnya yakni politik genderuwo. Pernyataan ini terlontar tak berselang jauh setelah pernyataannya mengenai politikus sontoloyo. Saat acara pembagian sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Slawi, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11), Jokowi menyampaikan kekhawatirannya terhadap perilaku elite politik yang suka menakut-nakuti masyarakat.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? Itu sering saya sampaikan itu namanya politik gonderuwo, nakut-nakuti," kata Jokowi kala itu.
Dan yang baru-baru ini yaitu pernyataan bahwa Jokowi akan 'tabok' penyebar isu dirinya PKI. Kata tersebut terlontar Jokowi saat membagikan 1.300 sertifikat tanah untuk warga Lampung Tengah di Lapangan Tenis Indoor Gunung Sugih, Lampung Tengah, pada Jumat (23/11), Jokowi menegaskan sikapnya terhadap hoaks-hoaks yang menurutnya sudah keterlaluan.
"Coba di medsos, itu adalah pidato tahun 1955. Kok saya ada di bawahnya? Lahir saja belum, astagfirullah, lahir saja belum, tapi sudah dipasang. Saya lihat di gambar kok ya persis saya. Ini yang kadang-kadang haduh, mau saya tabok orangnya di mana, saya cari betul," kata Jokowi saat itu.