Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak jalanan mengikuti kegiatan belajar di alun-alun Kota Cimahi. (IDN Times/Bagus F)

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Jumeri, mengatakan bahwa strategi penuntasan buta aksara beberapa tahun terakhir difokuskan pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Hal itu karena daerah 3T sulit dijangkau, terutama di masa pandemik. Jumeri pun berharap, masa krisis ini menjadi momentum bagi seluruh pihak untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap peningkatan literasi. 

“Daerah 3T adalah bagian dari NKRI yang harus diperjuangkan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menyukseskan pemberantasan buta aksara di Indonesia,” ujarnya pada kegiatan Bincang Pendidikan dan Kebudayaan Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) tahun 2020 yang berlangsung secara virtual, Jumat (4/9).

1. Persentase buta aksara terus mengalami penurunan yang cukup signifikan

Anak jalanan mengikuti kegiatan belajar di alun-alun Kota Cimahi. (IDN Times/Bagus F)

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2019, jumlah penduduk buta aksara telah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Persentase buta aksara pada tahun 2011 sebanyak 4,63 persen dan pada tahun 2019 turun menjadi 1,78 persen. Karena itu, upaya Pemerintah dalam menurunkan angka buta aksara melalui berbagai strategi dan program telah memperoleh hasil yang membanggakan. 

“Artinya, angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan menjawab kebutuhan belajar masyarakat,” kata Jumeri.  

2. Buta aksara merupakan amanah pendidikan yang harus terus diperjuangkan

Editorial Team

Tonton lebih seru di