Gapura pintu masuk Desa Kemadang (IDN Times/Sunariyah)
Dewan Juri lainnya, Evi Mariani menjelaskan, tulisan peserta lomba banyak yang mendalam, pendalaman di lapangan, langsung ke desa-desa dan bertemu dengan para pegiatnya.
"Liputan seperti ini yang semakin jarang karena banyak media mengejar berita pendek-pendek, jadi berharga dan menyenangkan untuk dibaca. Ada banyak cerita dari desa-desa, geliat perdesaan memberi ruang aman bagi perempuan dan anak menjadi cerita-cerita yang menghangatkan," jelasnya, Jumat (15/7/2022).
Evi mengurai, ada tiga kriteria yang disorot para dewan juri dalam menilai hasil karya tulis peserta. "Yaitu kesesuaian topik, kedalaman dan orisinalitas tulisan, dan penggunaan bahasa atau struktur tulisan," tegasnya.
Dia mengatakan, untuk poin kesesuaian topik bobotnya cukup besar karena tujuan dari kompetisi ini memang untuk menyebarkan kabar baik tentang Desa Ramah Perempuan dan Anak, sekaligus sosialisasi UU TPKS di perdesaan. "Ini satu subjek yang penting di Indonesia," sambungnya.
Untuk ketiga pemenang, Evi mengakui bersaing ketat. Poin di antara ketiganya hanya berbeda tipis. "Tetapi tiga cerita ini yang paling dalam, langsung ke lapangan, mewawancarai perempuan yang aktif dan memberi sumbangan bagi terciptanya ruang aman di Indonesia," tuturnya.
Evi menilai, banyak perempuan dan anak belum mendapati ruang aman, termasuk perempuan dan anak di perdesaan.
"Para pembuat kebijakan, yang banyak merupakan orang kota, mungkin kadang punya bayangan romantis tentang perdesaan. Tetapi sebenarnya, desa-desa pun harus bergerak dan bekerja untuk memastikan ruang aman dan nyaman bagi anak untuk bertumbuh dan bagi perempuan untuk berkarya," bebernya.
Sementara itu, juara I lomba tulis ini, Sunariyah, mengaku senang karyanya bisa terpilih. Dia menjelaskan alasan mengangkat judul 'Dari Kemadang ke Timbanuh, Tegakkan Kesetaraan Cegah Kekerasan Seksual'.
"Karena ternyata upaya pencegahan lebih baik dilakukan sebelum terjadi peristiwa kekerasan seksual. Caranya ternyata mudah, cukup mensejajarkan posisi laki-laki dan perempuan dalam semua bidang di kehidupan masyarakat. Ini telah dibuktikan oleh desa-desa yang sangat terpencil dan harus menjadi contoh untuk daerah lainnya," beber dia.
Juara II lomba tulis ini, Khairiah Lubis, mengungkapkan cerita menarik saat melakukan liputan untuk karya tulis 'Menyatukan Kekuatan di Desa Denai Lama'.
"Ketika mengikuti Lomba Menulis tentang Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) ini, saya langsung teringat dengan Desa Denai Lama di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang. Desa itu punya cerita menarik tentang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Jadi saya pergi ke desa itu, sekitar 1,5 jam dari Medan, saya kumpulkan data dan cerita mereka. Ternyata menjadi pilihan juri. Alhamdulillah," paparnya.