Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Twitter/@kpu_dki

Jakarta, IDN Times - Tahun 2017 disebut-sebut sebagai tahun politik kebencian, terutama untuk Pilkada DKI Jakarta. Memanasnya suhu politik tahun ini tentunya akibat beberapa faktor.

Pengamat politik Arif Susanto mengatakan, 2017 bisa disebut sebagai tahun politik kebencian, terutama karena maraknya penyalahgunaan perbedaan identitas sebagai instrumen kebencian untuk kemenangan politik.

“Jakarta salah satu contoh. Jakarta menjadi laboratorium untuk praktek penyalahgunaan perbedaan identitas,” kata Arif dalam Diskusi Tutup Tahun 2017 Jemput Tahun Politik 2018, di Jakarta Selatan, Selasa 26 Desember 2017.

Arif menjelaskan ada empat penyebab konflik politik pada 2017 hingga suhu politik begitu memanas. Berikut keempat faktor memanasnya konflik politik pada 2017:

1. Adanya kesenjangan ekonomi

Default Image IDN

Arif mengatakan daerah-daerah yang rawan adalah daerah yang punya kesenjangan ekonomi. Jakarta, termasuk ke dalam daerah yang memiliki kesenjangan ekonomi, sehingga konflik politik mudah terjadi.

“Tiga tahun terakhir sebelum Pilkada, Jakarta tingkat kesenjangan ekonominya naik. Kira-kira ini adalah persemian subur bagi politik kebencian berbasis identitas,” kata dia.

2. Rendahnya literasi

Editorial Team

Tonton lebih seru di