IDN Times/Teatrika Handiko Putri
Ketakutan masyarakat mengenai bahaya Pilkada di tengah pandemik terbukti, sejumlah penyelenggara pemilu terpapar virus corona sebelum pesta demokrasi ini dimulai. Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Ratna Dewi Pettalolo menjadi penyelenggara Pilkada pertama yang terpapar COVID-19 pada Minggu, 7 Juni 2020. Dia dinyatakan positif virus corona dengan kategori orang tanpa gejala (OTG).
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Arief Budiman dan Komisioner KPU RI Pramono Ubaid menyusul Komisioner KPU RI Evi Novida Ginting, yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19.
Evi lebih dulu dinyatakan positif virus corona pada 10 September 2020, kemudian Arief dan Pramono menyusul setelahnya dalam waktu yang nyaris berbarengan. Arief dinyatakan positif COVID-19 pada 17 September 2020. Sementara, Pramono mengonfirmasi dirinya terpapar virus mematikan itu berdasarkan hasil tes swab yang keluar pada 19 September 2020.
Arief dan Pramono kemudian menjalani isolasi mandiri di rumah dinas KPU, di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Sementara, Evi saat itu sudah dinyatakan negatif. Ketiganya merupakan pasien OTG seperti demam, flu, ataupun sesak napas.
Tak hanya penyelenggara pilkada, sebanyak 63 dari 1.470 bakal calon peserta Pilkada juga terkonfirmasi positif COVID-19. Bahkan, empat kandidat meninggal dunia sebelum penyelenggaraan Pilkada berlangsung pada Rabu, 9 Desember 2020.
Tak hanya itu, berdasarkan data yang dikumpulkan KPU selama 2-7 Desember 2020, sebanyak 79.241 dari 1.739.618 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dinyatakan reaktif COVID-19. Sebanyak 10.087 orang di antaranya telah melakukan isolasi mandiri, 19.897 melakukan swab, hingga 4.824 petugas harus diganti.
Kemudian, terdapat 5.511 orang melakukan tes ulang rapid dan sisanya 39.318 orang harus menunggu laporan tindak lanjut. Total KPPS saat Pilkada 2020 sebanyak 2.054.045 orang dan yang sudah melakukan rapid test 1.739.618 orang. Selanjutnya, ada 19.631 surat keterangan influenza, sedangkan 294.796 orang masih dalam proses input data.
Tak hanya terpapar virus corona, beberapa calon kepala daerah hingga penyelenggara pilkada meninggal dunia akibat virus mematikan itu. KPU mencatat, per Minggu, 4 Oktober 2020, sudah ada tiga calon kepala daerah meninggal dunia akibat terinfeksi COVID-19.
Anggota KPU Evi Novida Ginting Manik mengatakan, satu orang meninggal ketika masa pendaftaran pasangan calon, sedangkan dua lainnya ketika telah ditetapkan menjadi calon kepala daerah.
Usai Pilkada berlangsung, kepala daerah hingga penyelenggara pilkada pun terpapar virus corona, bahkan hingga meninggal dunia. Sebut saja, Ketua KPU Tangerang Selatan Bambang Dwitoro yang meninggal dunia pada Sabtu pagi (12/12/2020), akibat positif COVID-19.
Bupati Luwu Timur Thoriq Husler juga meninggal dunia pada Kamis (24/12/2020). Dia sempat positif COVID-19, namun tes terakhirnya sebelum meninggal dinyatakan negatif. Thoriq yang meninggal di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dinyatakan memenangkan Pilkada.
Klaster Pilkada juga terjadi di Pilkada Nusa Tenggara Barat. Puluhan petugas Pilkada dinyatakan terpapar virus corona. Dari data yang diterima petugas medis, sedikitnya sudah ada 20 petugas penyelenggara dinyatakan positif terinfeksi virus mematikan tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr Nurhandini Eka Dewi mengatakan, dari hasil rapid test yang dilakukan kepada semua anggota penyelenggara Pilkada di NTB, 1.800 orang dinyatakan reaktif COVID-19.
Kasus COVID-19 klaster Pilkada paling banyak terdapat di Kabupaten Sumbawa, Bima, Dompu dan Sumbawa Barat. Dari data yang diterima petugas medis, sedikitnya 20 petugas penyelenggara Pilkada, baik dari Bawaslu maupun KPU, terpapar COVID-19.