Pergerakan Perempuan Muda Nahdliyin (Perdana) mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming menjadi perhatian publik sepanjang paruh kedua tahun 2023. Gibran berhasil maju pada Pilpres 2024 setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan uji materi terhadap UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).
MK mengabulkan gugatan Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang diajukan oleh mahasiswa UNS bernama Almas Tsaqibbirru sebagai pihak Pemohon. Dengan demikian, kepala daerah yang pernah atau sedang menjabat, meski belum berusia 40 tahun, bisa maju sebagai capres maupun cawapres.
Setelah keputusan MK, Prabowo Subianto akhirnya menunjuk Gibran Rakabuming untuk mendampingi dirinya pada pemilu 2024 yang akan datang.
"Kita telah berembuk secara final secara konsensus seluruhnya sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai capres KIM dan saudara Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju," kata Prabowo, di Jakarta, Minggu (22/10/2023).
Guru Besar Politik FISIP Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Kacung Marijan menilai, pengusungan Gibran sebagai cawapres, harapannya mampu mengantarkan Prabowo ke gerbang kemenangan selangkah lebih dekat.
Namun demikian, Prof Kacung juga mengingatkan bahwa keputusan ini bukan tanpa risiko. Ada dua faktor yang menurutnya dapat menjadi pertimbangan bagi pemilih yang kritis terhadap kehadiran Gibran, yaitu pengalaman dan politik dinasti.
Faktor pengalaman berkaitan dengan latar belakang dan rekam jejak Gibran sebagai politisi. Gibran adalah salah satu politisi muda yang baru memulai kariernya di dunia politik. Ia baru menjabat sebagai wali kota Solo sejak 2020, setelah memenangkan pemilihan dengan suara telak. Sebelumnya, ia tidak memiliki pengalaman dalam bidang politik, melainkan bergerak di bidang bisnis dan kuliner.
Faktor politik dinasti berkaitan dengan hubungan Gibran dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo, yang merupakan ayahnya. Jokowi adalah presiden petahanan yang populer dan memiliki basis pemilih besar.
Gibran dianggap sebagai bagian dari dinasti politik Jokowi, yang juga meliputi adiknya, Kaesang Pangarep, dan menantunya, Bobby Nasution, yang juga menjadi wali kota Medan. Politik dinasti itu sering dikritik oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk nepotisme dan oligarki. Prof Kacung menjelaskan bahwa kedua faktor itu dapat menjadi tantangan bagi Gibran untuk meyakinkan pemilih.
"Ini adalah tantangan bagi Mas Gibran untuk meyakinkan ke pemilih. Kalau bisa, akan memperoleh dukungan. Kalau tidak ya, sulit memperoleh dukungan,” kata Prof Kacung dalam keterangannya.