Kini, kata Tito, setelah rutan Mako Brimob digunakan untuk napi terorisme, ternyata kelebihan kapasitas. Sehingga, kondisinya tidak memungkinkan di dalamnya.
"Persoalannya adalah over crwoded saya lihat. Ini saya kira cukup untuk idealnya 64 orang, maksimal 90-an. Ini saya lihat, saya juga baru tahu sampai 155 orang di dalam itu. Jadi sangat sumpek sekali. Apalagi di ujung itu ada ruang pemeriksaan yang meng-interview dalam rangka pemberkasan," kata Tito.
Kericuhan hingga berujung penyanderaan anggota kepolisian oleh napi terorisme (napiter) di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, berlangsung sejak Selasa (8/5) pukul 19.30 WIB hingga Kamis (10/5) pukul 07.15 WIB. Akibat insiden berdarah ini, lima polisi tewas setelah disandera oleh narapidana teroris.
Para korban mengalami penyiksaan sadis sebelum dibunuh, karena hasil forensik sebagian besar korban meninggal dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. Kelima polisi yang gugur dalam tugas itu Bripka Denny Setiadi, Ipda Ros Puji, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadli, Brida Wahyu Catur.
Sementara, satu polisi yang disandera Bripka Iwan Sarjana, berhasil selamat setelah dibebaskan pada Rabu (9/5) pukul 00.00 WIB. Namun, kondisi Iwan penuh luka memar di tubuhnya dan segera dirawat di Rumah Sakit Polri.
Selain anggota kepolisian, satu napi juga tewas akibat melawan petugas, yakni Abu Ibrahim alias Beny Syamsu asal Pekanbaru. Sebanyak 155 napi teroris yang terlibat kericuhan hari ini telah dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, dan 10 di antaranya sempat menjalani pemeriksaan di Mako Brimob, karena tidak bersedia menyerahkan diri saat detik-detik akhir drama berdarah ini.