Jakarta, IDN Times - Bapak pendidikan nasional Indonesia, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.”
Pendidikan jadi suatu yang lekat bagi bangsa ini, dari sebelumnya sulit didapatkan hingga kini menjadi hak setiap orang.Perjuangan di ranah pendidikan bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, namun dalam prosesnya banyak hal yang harus diperjuangkan, salah satunya adalah merasakan pendidikan dengan aman dan nyaman.
Kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan bukan hal baru, namun bukan juga jadi hal yang mudah dihapuskan. Baru-baru ini masyarakat Indonesia digemparkan dengan berita 12 santriwati yang diperkosa, padahal mereka seharusnya dapat mengemban pendidikan dengan aman dan nyaman di Madani Boarding School, Bandung, Jawa Barat.
HW yang merupakan tenaga pendidik pondok pesantren tersebut bukannya memberikan pelajaran pada santriwatinya, namun malah melakukan tindak kekerasan seksual pada santriwatinya, alhasil 11 dari 12 orang kini sudah melahirkan.
Potret pendidikan Indonesia jadi kelam dan runyam dengan tingkah orang-orang seperti HW, dunia pendidikan tak menjamin keamanan seseorang untuk bisa menimba ilmu. Kasus pemerkosaan di Madani Boarding School Bandung hanya satu dari sekian banyaknya kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan, salah satunya kasus yang dialami mahasiswi Universitas Riau (UNRI) oleh dosennya di tengah proses penyelesaian tugas akhir. Mahasiswi berinisial L melaporkan dekannya SH ke kepolisian. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik Unri itu melecehkan pelapor saat bimbingan skripsi. SH kemudian melaporkan balik kasus ini dengan dalih pencemaran nama baik.