Sosok Aloysius Bayu Rendra Wardhana dikenal tidak banyak bicara, namun sangat penyayang. Foto dari Facebook/Aloysius Bayu Rendra Wardhana
Bayu adalah orang terdepan yang menghalau masuknya sepeda motor yang dikendarai pelaku pengeboman. Bayu menghalau sepeda motor tersebut dan berhasil mencegah lebih besarnya korban jatuh di Gereja Santa Maria Tak Bercela pada Minggu kelabu itu.
Nyawa Bayu pun tak tertolong, bahkan hingga kini jasadnya belum bisa diberikan pihak kepolisian kepada pihak keluarga. Meskipun harus meninggalkan istri dan kedua anaknya yang masih kecil, tetapi Bayu berhasil membuat banyak orang bangga kepadanya.
"Memang pahit ya, kami juga sedih. Tetapi kami bangga bahwa Bayu rela mengorbankan nyawanya untuk banyak jiwa," ujar Rosalia Siswaty, tante dari Bayu yang menjadi juru bicara keluarga saat ditemui Rappler di rumah duka pada Selasa siang, 15 Mei.
Jika saja Bayu tidak menghalau pelaku, bisa jadi korban yang jatuh di Gereja Santa Maria jumlahnya menjadi berlipat karena saat itu sedang berlangsung kebaktian pagi yang diikuti ratusan umat. "Bayu memiliki roh martir yang tidak dimiliki banyak orang," tutur perempuan yang biasa disapa Waty tersebut.
Waty yang tinggal di Sumbawa baru bisa tiba di Surabaya pada keesokan harinya, Senin, 14 Mei. Saat tiba di rumah duka di Jalan Gubeng Kertajaya, Surabaya, Waty melihat bahwa keluarganya telah ikhlas dengan kepergian Bayu. Kesedihan yang dirasakan telah bertransformasi menjadi kebanggaan yang mendalam atas ayah dari Aaron dan Alyssia tersebut.
"[Kesedihan] itu ditumpahkan menjadi rasa bangga karena banyak orang, bahkan kalau saya katakan, banyak bangsa yang mencatat nama Bayu, Aloysius Bayu Rendra Wardana, menjadi seorang pahlawan Surabaya."
Kebanggaan juga dirasakan Waty terpancar dari istri Bayu, Monic. Saat Waty tiba di Surabaya, Monic memeluknya sambil mengatakan "Tante, Mas Bayu sudah pergi. Mas Bayu menjadi martir di gereja. Kita tidak boleh menangis, kita tidak boleh sedih."