Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kemenag gelar Ngaji Budaya di Yogyakarta
Kemenag gelar Ngaji Budaya di Yogyakarta (dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • Sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi di Yogyakarta ikut Ngaji Budaya, menunjukkan minat pada ruang edukasi agama dan budaya tanpa batasan kaku.

  • Ngaji Budaya menjadi ruang penting untuk menghubungkan seni dan budaya, merawat keterhubungan antara seni dan keagamaan.

  • Generasi muda butuh pendekatan dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman, responsif terhadap media ekspresif seperti seni dan musik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Lebih dari seribu peserta memadati Gedung Serbaguna UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam pelaksanaan Ngaji Budaya, Sabtu (16/11/2025), yang digelar Kementerian Agama (Kemenag). Mahasiswa, penyuluh agama, anggota majelis taklim, hingga masyarakat umum tampak antusias mengikuti acara tersebut.

Kasubdit Seni Budaya dan Siaran Keagamaan Islam Kemenag, Wida Sukmawati, menjelaskan Ngaji Budaya di Yogyakarta merupakan salah satu rangkaian program yang dirancang untuk mendekatkan generasi muda pada ruang dialog agama dan budaya.

"Kami melihat bagaimana pendekatan budaya mampu membuka pintu diskusi yang lebih luas. Lebih dari seribu peserta yang hadir menjadi bukti bahwa anak-anak muda membutuhkan ruang keagamaan yang ekspresif, humanis, dan dekat dengan realitas keseharian mereka," ujar Wida dilansir laman resmi Kemenag, dikutip Senin (17/11/2025).

1. Sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi di Yogyakarta ikut Ngaji Budaya

Kemenag gelar Ngaji Budaya di Yogyakarta (dok. Istimewa)

Ia menyampaikan, sebagian besar peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Tingginya kehadiran tersebut menjadi indikator generasi muda menaruh minat pada ruang edukasi yang menggabungkan agama dan budaya tanpa menciptakan batasan yang kaku.

Bagi sejumlah peserta, Ngaji Budaya bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan pengalaman yang memberi perspektif baru. Muhammad Robby, seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, mengaku mendapatkan wawasan yang memperkaya cara pandangnya.

"Ngaji Budaya memberi wawasan kepada saya bahwa doa, seni, dan tradisi bisa berjalan bersama. Saya pulang bukan hanya dengan ilmu baru, tetapi juga semangat untuk melestarikan budaya lokal dalam dakwah,” kata Robby.

2. Ngaji Budaya jadi ruang penting untuk menghubungkan seni dan budaya

Kemenag gelar Ngaji Budaya di Yogyakarta (dok. Istimewa)

Hal senada disampaikan Nur Husna, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menilai, Ngaji Budaya menjadi ruang penting untuk merawat keterhubungan antara seni dan keagamaan.

"Acara seperti ini penting. Kita belajar menjaga warisan budaya sambil berdialog soal agama tanpa menghakimi. Ini ruang yang membuat kita merasa aman untuk belajar dan berdiskusi," ucap Husna.

3. Generasi muda butuh pendekatan dakwah yang relevan

Kemenag gelar Ngaji Budaya di Yogyakarta (dok. Istimewa)

Wida menambahkan, Ngaji Budaya diperlukan sebagai upaya menghadirkan pendekatan dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman. Generasi muda, menurutnya, kini lebih responsif terhadap media ekspresif seperti seni dan musik.

Pendekatan tersebut diharapkan dapat memperkuat identitas kebangsaan, merawat keragaman, serta menghindarkan masyarakat dari pola pikir ekstrem.

Editorial Team