Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi protokol kesehatan (IDN Times/Reja Gussafyn)

Jakarta, IDN Times – Mengenai adanya 136 orang yang dipantau dan 39 diawasi terkait virus corona di DKI Jakarta, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto  mengatakan bahwa pasien-pasien tersebut diperiksa spesimennya dan bukan sebagai seseorang yang suspek virus corona.

“Kita tingkatkan kewaspadaan, tidak tunggu kontak kuat,” ujar  Yurianto di Kantor Staff Presiden, Jakarta Pusat, Senin (2/3).

1. Walau cuma flu tetap diawasi

Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Ahmad Yurianto, di Gedung KSP, Jakarta Pusat, Senin 2 Maret 2020 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Walaupun seseorang hanya mengalami flu biasa, mereka tetap masuk dalam kategori pengawasan yang dilakukan saat ini, karena ini adalah bagian dari bentuk pengawasan kepada WNI yang baru datang dari luar negeri ataupun WNA yang ditakutkan memiliki kontak dengan orang yang terpapar.

“Orang yang datang ke Indo entah WNI entah WN asing yang kita yakini human to human transmission-nya kuat, itu langsung masuk orang dengan pemantauan, manakala orang itu sakit influenza berat kita sebut pasien dalam pengawasan,” kata dia.

2. Pengawasan dan pemantauan adalah bentuk peningkatan kesiagaan karena perubahan tren COVID-19

Warga memakai masker pelindung berjalan di samping pagar pelindung di daerah pemukiman di Wuhan, pusat terjadinya penularan wabah virus corona baru, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 28 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Ketika pasien yang sedang diawasi ternyata memiliki kontak positif yang kuat, maka bisa disebut sebagai pasien suspect dan ketika setelah diperiksa ternyata virusnya positif, baru berubah menjadi confirm. Seluruh pasien yang diawasi dan dipantau berasal dari lima wilayah DKI Jakarta.

“Awalnya standar suspect diperiksa dan kita turunkan sekarang untuk tingkatkan kesiagaan karena ada perubahan tren COVID-19,” ujarnya.

3. Kekhawatiran adanya pasien yang terpapar tanpa adanya gejala

Petugas medis memakai baju pelindung memperlihatkan sebuah gerakan latihan rehabilitasi kepada pasien di bangsal Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, Tiongkok (ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS)

Hal ini diwaspadai dengan melihat adanya indikasi seseorang bisa terkena virus corona walaupun tidak merasa sakit dan memiliki kontak yang dekat dengan orang lain. Dia melihat adanya perubahan di Tiongkok pada gelombang pertama yang lama-kelamaan banyak korban positif yang terpapar tanpa adanya gejala.

“Inkubasi 14 hari, yang jadi survivor dan kematian tinggi, tapi China turun, di luar China turun. Tapi perubahan kasus positifnya banyak, gejalanya lebih rendah, lebih ringan bahkan beberapa kasus dilaporkan asymtomatis, angka kematian rendah, angka kesakitan turun tapi positifnya naik,” kata dia.

Editorial Team