Kementerian Perhubungan dan Kementerian Sosial berkolaborasi menghadirkan 28 unit bus sekolah untuk menunjang aktivitas siswa Sekolah Rakyat di berbagai daerah Indonesia. (Dok. Kemensos)
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai kolaborasi Kemensos dan Kemenhub mencerminkan model kepemimpinan baru yang lintas sektor dan berorientasi pada manusia.
“Transportasi yang inklusif dapat meningkatkan peluang anak untuk tetap bersekolah hingga 30 persen lebih tinggi. Akses bukan hanya soal jalan dan kendaraan, tetapi juga membuka masa depan dan membangun keadilan sosial,” ujar Sultan.
Ia menutup dengan menyebut Yogyakarta sebagai “laboratorium kolaboratif”, tempat kebijakan diuji oleh kenyataan dan inovasi lahir dari empati.
Dalam sambutannya, Mensos Gus Ipul menyebut bus sekolah ini bukan sekadar sarana transportasi, tetapi jembatan menuju masa depan.
“Bus ini membawa anak-anak dari rumah sederhana menuju gerbang ilmu, dari perbatasan menuju ruang kesempatan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sinergi antar-kementerian ini menjadi wujud nyata pembangunan sosial dan transportasi yang berjalan seiring, menghubungkan manusia dengan harapan.
“Transportasi adalah tulang punggung mobilitas manusia, sedangkan kerja sosial adalah tulang punggung kemanusiaan. Ketika keduanya disatukan, keadilan sosial bergerak nyata dalam kehidupan masyarakat kecil,” tambahnya.