Warga Desa di Kawasan Bujang Raba Kabupaten Bungo, Jambi merasakan hasil menjaga tutupan hutan/IDN Times/Dokumentasi KKI Warsi
Pada tahap awal program pembagian sembako, sebanyak 504 paket diserahkan warga di Sungai Telang, Senamat ulu dan Laman Panjang. Sedangkan dua desa lagi, Lubuk Beringin dan Sangi Letung, hasil dana karbon yang akan disalurkan masih belum diputuskan masyarakat setempat.
Masing-masing paket sembako berisi beras, telur, minyak, dan lainnya, tergantung dari permintaan masing-masing desa. Untuk mengurangi kerumunan pembagian sembako, tim pengelola membagi-bagi bantuan ke tiap desa.
Emmy bercerita, masih banyak masyarakat yang bertanya tentang dana karbon. Bagaimana mungkin, hutan yang tumbuh di sekitar mereka bisa menghasilkan uang tanpa harus diganggu.
"Bagaimana mungkin menjual angin kata mereka. Pakai apa membawa anginnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sempat diajukan oleh masyarakat ketika pasar karbon sukarela mulai berjalan,” kata Emmy.
Dengan penjelasan logis dan sejalan dengan skema internasional tentang mitigasi dan adapasi perubahan iklim, kegiatan ini cukup dipahami dan masyarakat kini bisa menikmatinya.
Emmy menjelaskan, pasar karbon sukarela yang digagas KKI Warsi bukan menjadi tujuan awal. Ketika hutan dipelihara dengan baik oleh masyarakat desa, memperlihatkan tidak adanya deforestasi dan degradasi hutan.
Hal ini sejalan dengan pelaksanaan program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) yang digagas sejak COP 13 di Bali. REDD+ merupakan upaya untuk memberikan insentif keuangan dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Salah satu bentuk dari kegiatan ini adalah perdagangan karbon, istilah yang merepresentasikan aktivitas penyaluran dana dari negara-negara penghasil emisi karbon, kepada daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang mampu menyerap emisi karbon secara alami.
Satu di antara kriteria negara penerima bantuan, adalah warga desa setempat yang mampu mempertahankan hutan dari deforestasi dan degradasi.