Jakarta, IDN Times - Tragedi Mei 1998 masih menyisakan kenangan pahit bagi Haryanto. Peristiwa 20 tahun yang lalu itu tak bisa hilang dari ingatan pria keturunan etnis Tionghoa itu. Tapi setidaknya ada hikmah di balik peristiwa itu.
"Ada kabar apa nih?" ucap pria yang akrab disapa Yanto itu, mengawali perbincangan dengan IDN Times, di Depok, Jawa Barat, Minggu, 29 April 2019.
Yanto mencoba membuka ingatan kerusuhan Mei 98, sesaat setelah IDN Times menyampaikan maksud kedatangannya. Sambil menghisap sebatang rokok di tangan kanannya, ia mulai menceritakan kerusuhan pada Orde Baru itu.
Saat itu, Yanto yang bekerja sebagai sopir di toko penjual minuman kemasan, tengah mengirim barang dagangan milik bosnya ke pelanggannya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mendengar ada kabar kerusuhan dan penjarahan, dia langsung menghubungi bosnya untuk segera menutup toko dan gudang minumannya.
"Pagi itu (saat mulai kerusuhan) aku lagi ngirim barang ke Tanah Tinggi, Tanah Abang, denger ada kerusuhan, kita langsung balik ke gudang," ucap kakek dua cucu itu.