Studio Ipin dan Upin, Les' Copaque Production, Malaysia. (IDN Times/Umi Kalsum)
Tak hanya berkunjung ke lokasi penempatan tenaga kerja asing yang bertujuan memberi gambaran jelas kepada media Indonesia mengenai situasi pekerja migran di Malaysia, jurnalis Indonesia melanjutkan lawatannya ke rumah produksi Upin dan Ipin, Les' Copaque. Lokasinya masih di kawasan Selangor, tepatnya di Seksyen 13, Shah Alam.
Les' Copaque Production Sdn Bhd menempati bangunan bertingkat tiga yang didominasi cat warna kuning, biru dan putih dengan tulisan Les' Copaque yang cukup menonjol dibandingkan bangunan di sekitarnya. Lokasinya tidak jauh dari kawasan kampus dan pertokoan yang ramai. Jurnalis asal Indonesia langsung disambut sang pemilik dan pencipta karakter Upin dan Ipin, Burhanuddin MD. Radzi.
Pria bertubuh gempal ini sangat ramah dan mempersilakan jurnalis asal Indonesia melihat-lihat produksi mini seri Upin dan Ipin yang sangat terkenal di Indonesia. Padahal, biasanya manajemen Les' Copaque tidak memperkenankan sembarang orang di luar pekerjanya mengulik ruang kerja mereka. Namun kami diperkenankan menjelajah mulai dari tempat para penulis script, ruang animator bekerja, ruang dubber hingga ruang musik dan efek suara.
Burhanuddin yang akrab dipanggil Atok, menuturkan bahwa sebenarnya ia tidak memiliki keahlian di bidang animasi. Pria kelahiran 66 tahun lalu itu sebelumnya merupakan pengusaha migas. Namun tekadnya yang kuat untuk belajar berhasil membuat Les'Copaque yang berawal dari 8 orang karyawan kini menjadi perusahaan amimasi ternama di Malaysia dengan jumlah karyawan sebanyak 200 orang. Bahkan miniseri produksinya, Upin dan Ipin, telah melanglang buana ke sejumlah negara. Salah satunya Indonesia.
Menurutnya, Indonesia memiliki arti sangat penting. Indonesia lah yang telah menyelamatkan perusahaannya. Burhanuddin yang pernah mengenyam bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung dengan blak-blakkan mengakui pemasukan perusahaan terbesarnya saat ini berasal dari perkongsian dengan MNC TV. Di luar itu, saking memiliki arti yang dalam, ia pun memasukkan karakter Susanti yang diceritakan berasal dari Indonesia dalam mini seri Upin dan Ipin. "Susanti itu kita ceritakan sebagai anak seorang ekspatriat. Bukan anak pekerja yang tinggal di asrama. Kita harus jaga Indonesia, karena banyak hal sensitif," kata dia.
Meski hanya kuliah satu tahun di ITB, Burhanuddin merasa sedikit banyak mengetahui karakter orang Indonesia, sehingga ia sangat menjaga perasaan orang-orang Indonesia. Karenanya, Atok memastikan isu bahwa Upin dan Ipin sengaja dibuat untuk 'menjajah' Indonesia supaya anak-anak berbahasa Malaysia tidak benar. "Bukan, jadi kita ingin menunjukkan bahwa orang Indonesia dan Malaysia itu serumpun," kata dia.