Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sekolah Rakyat
Siswa Sekolah Rakyat di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur/ IDN Times Dini Suciatiningrum.

Intinya sih...

  • Siswi SRMA 9 Jaktim ingin angkat derajat orangtua dan cita-cita sukses serta kuliah

  • Kepercayaan diri Olivia tumbuh setelah masuk Sekolah Rakyat, tampil di depan Menteri Sosial

  • Rahmat Junaedi mengalami trauma dibully secara verbal dan fisik, tapi kini percaya diri wakili sekolah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesPerundungan atau bullying dapat menimbulkan trauma mendalam bagi korbannya. Namun, pengalaman tersebut juga bisa menjadi pemicu untuk bangkit dan membuktikan diri, seperti yang dialami dua pelajar Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur.

Tangis Olivia Dwi Lestari (17) pecah saat mengingat peristiwa di Sekolah Menengah Pertama. Ia menjadi korban perundungan. Tak banyak kata yang terucap, namun air mata dan raut wajahnya memperlihatkan luka yang belum sepenuhnya pulih

Olivia memilih diam. Ingatan tentang perlakuan yang ia terima masih membekas dan meninggalkan trauma. Tanpa cerita panjang, kesedihannya cukup menggambarkan dampak perundungan yang tiada henti.

"Kelas 9 tuh pas mau lulus-lulusan sempat disuruh berhenti, karena kasus bully juga," ucap Olivia lirih dan tak lama langsung menutup wajahnya tidak sanggup meneruskan cerita.

1. Ingin sukses dan angkat derajat orang tua

Delapan seragam Sekolah Rakyat diluncurkan pada pembukaan Sekolah Rakyat di Karadenan, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7/2025) pagi (IDN Times/Linna Susanti)

Namun, siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur ini tidak ingin larut dan jatuh. Terlebih terlahir dari keluarga tidak mampu. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini ingin mengangkat derajat hidup orang tua.

"Cita-cita banyak ya, yang pasti ingin sukses dan nanti pingin kuliah juga," katanya belum lama ini.

2. Kepercayaan diri mulai tumbuh

Siswa Sekolah Rakyat di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur/ IDN Times Dini Suciatiningrum.

Kepercayaan diri Olivia yang pernah jatuh kini mulai bangkit saat dia masuk dalam Sekolah Rakyat, yang mulai diresmikan pada 14 Juli lalu. Sekolah berasrama membentuk pribadi lebih percaya diri dan mandiri karena semua kegiatan terjadwal.

Meski baru enam bulan menimba ilmu di Sekolah Rakyat, Olivia bisa menunjukkan kemampuannya. Dia pernah tampil di depan Menteri Sosial Syaifullah Yusuf dan ribuan orang di berbagai rangkaian acara di Kemensos.

"Saat Hari Disabilitas, saya main Marching Band pegang pianika, tampil di depan Pak Mensos dan di Bundaran HI. Saat itu keluarga bangga, adik-adik saya juga lihat kakaknya tampil di depan," ucapnya.

3. Trauma dibully secara verbal dan fisik

Siswa Sekolah Rakyat di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur/ IDN Times Dini Suciatiningrum.

Pengalaman Olivia tidak jauh berbeda yang dirasakan oleh Rahmat Junaedi, siswa SRMA 9 Jakarta Timur ini. Tapi, Rahmat bisa membuktikan dirinya lebih baik dari para pelaku yang merundungnnya.

Meski, perundungan tersebut terjadi saat duduk di bangku sekolah dasar di lingkungan rumahnya, namun peristiwa tersebut tampaknya masih membekas hingga menimbulkan trauma. Meski tidak menceritakan detail, namun Rahmat mengaku kerap mendapat bully secara verbal dan fisik.

Kondisi tersebut membuat Rahmat sempat menutup diri bahkan tidak mau keluar rumah beberapa hari. Hal tersebut juga membentuk kepribadian Rahmat jadi tertutup.

"Saat masuk SMP saya udah lumayan capek kan karena jauh dari rumah. Saya enggak main, terus di SMP saya cuma ngikut pelajaran, pulang, ngikut pelajaran, pulang. Nah niatnya saya mau masuk SMK, tapi karena ditawari ini (SR), dijelasin dari awal boarding school dan jauh juga dari rumah, saya mikir ini mungkin udah waktunya saya berubah menjadi lebih baik," katanya.

4. Tampil percaya diri wakili sekolah

Rahmat Siswa Sekolah Rakyat di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 9 Jakarta Timur/ IDN Times Dini Suciatiningrum.

Bak menemukan rumah kedua, Rahmat dikelilingi teman dan guru yang mendukung yang membuat dia percaya diri mengikuti berbagai aktivitas, mulai dari Paskibraka hingga Rahmat menunjukan kemampuan komunikasi bahasa Inggris hingga dipercaya menjadi perwakilan SR di ajang simulasi Model ASEAN Meeting SMA se-Jakarta pada November lalu.

"Saya awal gak pede karena ini baru pertama dan mereka lebih pintar bahasa Inggrisnya. Apalagi pengalaman sebelumnya saya sering dijatuhin terus secara mental atau fisik. Jadi di sini kayak enggak pede awalnya," kata dia.

"Tapi ya di-support terus, diajarin, jadi bisa. Jadi mau. Dalam simulasi tersebut dibahas ada tiga materi tentang keamanan, sosial, sama ekonomi," ujarnya.

Kini Rahmat mempunyai tekad belajar tekun untuk meraih cita-cita menjadi pengusaha sukses agar tidak diremehkan atau alami perundungan lagi.

Editorial Team