ilustrasi madinah (pexels.com/ Konevi)
Abdurrahman bin Auf pun melakukan hijrah ke Madinah usai masuk Islam. Tetapi kekayaannya diambil kaum kafir Quraisy. Abdurrahman diperbolehkan hijrah ke Madinah dengan syarat tidak membawa kekayaannya.
"Abdurrahman memilih keimanan dibanding kekayaan. Maka kekayaan beliau yang berlimpah ditinggalkan, satu pun tak dibawa. Tetapi undang-undang Allah pasti terjadi, sunatullah, apapun kebaikan karen Allah maka akan diganti oleh Allah," ujar Syariful.
Meski hijrah tanpa kekayaan, Abdurrahman di Madinah bukan menjadi miskin tetapi menjadi lebih kayak lagi. "Ketika Abdurrahman bin Auf wafat, harta dalam bentuk emas yang harus dibagi-bagikan, itu tukang potong-potong emas sampai tangannya melepuh, karena banyaknya emas yang harus dipotong," ujarnya.
"Yang perlu kami ingatkan kepada jemaah sekalian, jangan ragu meninggalkan harta demi Allah, karena Allah akan mengganti yang lebih baik," sambung Syarifu.
Nabi Muhammad SAW dalam hijrahnya ke Madinah, akan mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan kaum ansar. Karena itu, kala itu Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan bangsawan Madinah bernama Saad Ibnu Robbi.
"Saad Ibnu Robi pun bertanggung jawab sebagai saudara. Beliau mengatakan kepada Abdurrahman, 'saya adalah orang terkaya di Madinah. Dan sebagai persaudaraan, saya akan membagikan setengah kekayaanku untukmu. Wahai Abdurrahman, saya mempunyai dua istri, dan pilihlah yang kau mau, saya akan menceraikan dan setelah masa idah, silakan kau menikahinya'. Ini persaudaraan tingkat tinggi," ujarnya.
Allah SWT pun memuji kedermawanan orang-orang Madinah yang difirmankan dalam Al Quran Surat Al-Hasyr ayat ke-9. Kedermawanan ini, menurut Syariful, tidak akan ditemui pada masa sekarang ini. Namun, Abdurrahman tidak menerima tawaran orang terkaya di Madinah itu.
"Beliau memilih jalan iffah (kedermawanan pada saat sulit)," ujar Syariful.
Abdurrahman hanya meminta kepada Saad Ibnu Robbi agar menunjukkan jalan menuju pasar. Dia pun menuju pasar yang pada masa itu dikusai kaum Yahudi dari bani Qainuqa. Abdurrahman berniat menjalankan bisnis di pasar ini, dengan menjual makanan. Dalam hitungan beberapa bulan, dia mengusai pasar.
"Beliau berbisnis makanan susu yang dikentalkan, berbeda dengan keju. Yang kedua adalah bisnis minyak samin. Jadi ini bisnis yang dijalani Abdurrahman bin Auf yang kemudian membuka pintu-pintu bisnis yang lain," ujarnya.
Abdurrahman memiliki 20 anak lagi-laki dan delapan perempuan, dari 15 istri yang dinikahi tidak sekaligus. "Jadi istri beliau wafat, menikah lagi, wafat menikah lagi," ujarnya.