Ilustrasi unta di padang pasir (Meta AI/Rochmanudin)
Merujuk buku Ash-Shuffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), setidaknya ada empat alasan Bilal diangkat menjadi penyeru umat Islam untuk salat yang pertama kalinya. Pertama, Bilal memiliki suara yang lantang dan merdu.
Mungkin ini menjadi faktor pertama mengapa Rasulullah memberikan tugas kepada Bilal sebagai muazin pertama dalam Islam. Dikisahkan, bahwa siapapun akan bergetar hatinya manakala mendengar Bilal bin Rabah mengumandangkan azan atau membaca Al-Qur’an.
Alasan kedua, Bilal sangat menghayati kalimat-kalimat azan. Ketika Bilal masih menjadi budak Ummayah bin Khalaf, dia disiksa dengan siksaan yang sangat keras agar keluar dari Islam. Mulai diseret dan dijemur di padang pasir dengan tanpa pakaian hingga dijatuhi batu besar tepat di atas dadanya. Bilal bergeming. Dia bahkan terus mengucapkan ahad, ahad, ahad, ketika disika.
Pengangkatan Bilal sebagai muazin pertama merupakan penghargaan kepadanya. Karena apa yang diucapkan Bilal ketika disiksa–ahad, ahad, ahad- memiliki unsur persamaan dengan kalimat-kalimat azan, yaitu tauhid atau meng-esakan Allah SWT.
Ketiga, Bilal memiliki kesiplinan yang tinggi. Azan dikumandangkan lima kali dalam sehari semalam. Waktunya pun sudah ditetapkan atau menjelang dilaksanakannya salat fardu. Untuk itu, diperlukan orang yang memiliki kedisiplinan tinggi untuk mengemban tugas sebagai muazin. Dan Bilal bin Rabah adalah orang yang memiliki kedisplinan tinggi.
Keempat, Bilal memiliki keberanian. Untuk mengumandangkan azan pada masa-masa awal dakwah Islam, diperlukan keberanian yang tinggi. Prinsip tauhid yang ada dalam kalimat azan tentu saja bertentangan dengan kondisi masyarakat pada saat itu, di mana kemusyrikan dan penolakan terhadap Islam masih kencang.
Bilal sudah terbukti memiliki keberanian yang tinggi. Disiksa sekeras apapun saat menjadi budak, dia tetap memegang teguh keyakinannya, Islam. Bilal terus mengumandangkan azan.